Kamis, 28 Maret 2013

TEORI KEPRIBADIAN SEHAT



TEORI KEPRIBADIAN SEHAT

Istilah kepribadian dalam bahasa Inggris dinyatakan dengan personality. Istilah ini berasal dari bahasa Yunani, yaitu persona, yang berarti topeng dan personare yang artinya menembus. Istilah ini lalu diadopsi oleh orang-orang Roma dan mendapatkankonotasi yang baru yaitu “sebagaimana seseorang nampak dihadapan orang lain”.

Pembentukan Kepribadian
            Menurut Atkinson dkk (1993) ketika bayi lahir, ia membawa potensialitas tertentu. Karakteristik fisik , seperti warna mata dan warna rambut , bentuk tubuh, bentuk hidung seseorang pada dasarnya ditentukan oleh pada saat konsepsi (pertemuan antara sel telur dan sperma). Intelegensi dan kemampuan khusus tertentu, seperti bakat music dan seni, dalam beberapa hal juga tergantung pada hereditas (faktor keturunan).
            Pada mulanya Allport mendefinisikan kepribadian sebagai “What a man really is.” Tetapi difinisi tersebut oleh Allport dipandang tidak memadai lalu dia merevisi definisi tersebut (soemadi Suryabrata, 2005:240) definisi yang kemudian di rumuskan oleh Allport adalah: “Personality is the dynamic organization with in the individual of those psychophysical systems that determine his unique adjustment to his environment” (Singgih Dirgagunarso, 1998:11). Pendapat Allport diatas bila di terjemahkan menjadi : kepribadian adalah organisasi dinamis dalam individu sebagai system psikofisis yang menentukan caranya yang khas dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan.

Konsep-konsep  yang Berhubungan dengan  Kepribadian
            Konsep –konsep yang berhubungan dengan kepribadian adalah (Alwisol, 2005 : 8:9):
1.      Character (karakter), yaitu pengambaran tingkah  laku dengan menonjolkan nilai (benar-salah, baik-buruk) baik secara eksplisit maupun implicit
2.      Temperament (temperamen), yaitu kepribadian yang berkaitan erat dengan determinan biologis atau fisiologis.
3.      Traits (sifat-sifat), yaitu respon yang senada atau sama terhadap sekelompok stimuli yang mirip, berlangsung dalam kurun waktu (relatif) lama.
4.      Type attribute (ciri), mirip dengan sifat, namun dalam kelompok stimuli yang lebih terbatas.
5.      Habit (kebiasaan), merupakan respon yang sama dan cenderung berulang untuk stimulus yang sama pula.






ALIRAN PSIKOANALISA

            Teori Psikoanalisis dikembangkan oleh Sigmund Freud. Psikoananlisis dapat dipandang sebagai teknik terapi dan sebagai aliran psikologi. Sebagai aliran psikologi, psikoanalisis banyak berbicara mengenai kepribadian, khususnya dari segi struktur, dinamika, dan perkembangannya.

Struktur Kepribadian

Menurut Freud (Alwisol, 2005 : 17), kehidupan jiwa memiliki tiga tingkat kesadaran, yaitu sadar (conscious), prasadar (preconscious), dan tak sadar (unconscious). Sampai dengan tahun 1920an, teori tentang konflik kejiwaan hanya melibatkan ketiga unsur tersebut. Baru pada tahun 1923 Freud mengenalkan tiga model struktural yang lain, yaitu das Es, das Ich, dan das Ueber Ich. Struktur baru ini tidak mengganti struktur lama, tetapi melengkapi gambaran mental terutama dalam fungsi dan tujuannya (Awisol, 2005 :17).

Freud berpendapat bahwa kepribadian merupakan suatu system yang terdiri dari 3 unsur, yaitu das Es, das Ich, dan das Ueber Ich (dalam bahasa Inggris dinyatakan dengan the Id, the Ego, dan the Super Ego), yang masing memiliki asal, aspek, fungsi, prinsip operasi, dan perlengkapan sendiri.

Perkembangan Kepribadian

a. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kepribadian

Perkembangan kepribadian individu menurut Freud, dipengauhi oleh kematangan dan cara-cara individu mengatasi ketegangan. Menurut Freud, kematangan adalah pengaruh asli dari dalam diri manusia. Ketegangan dapat timbul karena adanya frustrasi, konflik, dan ancaman. Upaya mengatasi ketegangan ini dilakukan individu dengan : identifikasi, sublimasi, dan mekanisme pertahanan ego.

b. Tahap-tahap perkembangan kepribadian

Menurut Freud, kepribadian individu telah terbentuk pada akhir tahun ke lima, dan perkembangan selanjutnya sebagian besar hanya merupakan penghalusan struktur dasar itu. Selanjutnya Freud menyatakan bahwa perkembangan kepribadian berlangsung melalui 6 fase, yang berhubungan dengan kepekaan pada daerah-daerah erogen atau bagian tubuh tertentu yang sensitif terhadap rangsangan. Ke enam fase perkembangan kepribadian adalah sebagai berikut (Sumadi Suryabrata, 2005 : 172-173).

1) Fase oral (oral stage): 0 sampai kira-kira 18 bulan
    Bagian tubuh yang sensitif terhadap rangsangan adalah
    mulut.

2) Fase anal (anal stage) : kira-kira usia 18 bulan sampai 3tahun.
    Pada fase ini bagian tubuh yang sensitif adalah anus.

3) Fase falis (phallic stage) : kira-kira usia 3 sampai 6 tahun.
    Bagian tubuh yang sensitif pada fase falis adalah alat kelamin.

4) Fase laten (latency stage) : kira-kira usia 6 sampai pubertas
    Pada fase ini dorongan seks cenderung bersifat laten atau tertekan.

5) Fase genital (genital stage) : terjadi sejak individu
    memasuki pubertas dan selanjutnya. Pada masa ini individu telah mengalami kematangan pada  
    organ reproduksi.


ALIRAN BEHAVIORISTIK

Pendahuluan

Behaviorisme merupakan sebuah aliran dalam psikologi yang didirikan oleh J.B. Watson. Sama halnya dengan psikoanalisis, behaviorisme juga merupakan aliran yang revolusioner, kuat dan berpengaruh serta memiliki akar sejarah yang cukup dalam. Selain Watson ada beberapa orang yang dipandang sebagai tokoh behaviorsime, diantaranya adalah Ivan Pavlov, E.L. Thorndika, B.F. Skinner, dll. Namun demikian bila orang berbicara kepribadian atas dasar orientasi behevioristik maka nama yang senantiasa disebut adalah Skinner mengingat dia adalah tokoh behaviorisme yang paling produktif dalam mengemukakan gagasan dan penelitian, paling
berpengaruh, serta paling berani dan tegas dalam menjawab tantangan dan kritik-kritik atas behaviorisme (Koeswara, 2001 : 69). Paradigma yang dipakai untuk membangun teori behavioristik adalah bahwa tingkah laku manusia itu fungsi stimulus, artinya determinan tingkah
laku tidak berada di dalam diri manusia tetapi bearada di lingkungan (Alwisol, 2005 : 7). Pavlov, Skinner, dan Watson dalam berbagai eksperimen mencoba menunjukkan betapa besarnya pengaruh lingkungan terhadaptingkah laku. Semua tingkah laku termasuk tingkah laku yang tidak dikehendaki, menurut mereka, diperoleh melalui belajar dari lingkungan.

Teori Kepribadian Skinner

1. Asumsi yang Dipakai Skinner
 
  Skinner menjelaskan perilaku manusia dengan tiga asumsi dasar, di mana asumsi pertama dan kedua pada padasarnya menjadi asumsi psikologi pada umumnya, bahkan juga merupakan asumsi semua pendekatan ilmiah (Alwisol, 2005 : 400). Ketiga asumsi tersebut adalah :

a.Tingkah laku itu mengikuti hukum tertentu (behavior is lawful). Ilmu adalah usaha untuk  
   menbemukan keteraturan, menunjukkan bahwa peristiwa tertentu berhubungan secara teratur
   dengan peristiwa lain.

b. Tingkah laku dapat diramalkan (behavior can be predicted). Ilmu bukan hanya menjelaskan
    tetapi juga meramalkan. Bukan hanya menangani peristiwa masa lalu tetapi juga masa yang
    akan dating. Teori yang berdaya guna adalah yang memungkinkan dilakukannya prediksi
    mengenai tingkah laku yang akan dating dan menguji prediksi itu.

c. Tingkah laku dapat decontrol (behavior can be controlled). Ilmu dapat melakukan antisipasi  
    dan menentukan / membentuk tingkah laku seseorang.



Pokok-pokok Pandangan Skinner

a. Struktur kepribadian

   Skinner tidak tertarik dengan variable structural dari kepribadian. Menurutnya, mungkin dapat
   diperoleh illusi yang menjelaskan dan memprediksi tingkah laku berdasarkan faktor-faktor
   yang tetap dalam kepribadian, tetapi tingkah laku hanya dapat diubah dan dikendalikan dengan
   mengubah lingkungan. Sedangkankan unsur kepribadian yang dipandangnya relatif tetap
   adalah tingkah laku itu sendiri. Menurut Skinner ada dua klasifikasi tingkah laku yaitu :

1) Tingkah laku responden (respondent behavior), adalah respon yang dihasilkan (elicited)
    organisme untuk menjawab stimulus yang secara spesifik berhubungan dengan respon itu.

2) Tingkah laku operan (operant behavior), adalah respon yang dimunculkan (emittes)  
    organisme tanpa adanya stimulus spesifik yang langsung memaksa terjadinya respon itu.

Bagi Skinner, faktor motivasional dalam tingkah laku bukan elemen struktural. Dalam situasi yang sama tingkah laku seseorang bisa berbeda-beda kekuatan dan keringan munculnya. Dan itu bukan karena kekuatan dari dalam diri individu atau motivasi. Menurut Skinner variasi kekuatan tingkah laku tersebut disebabkan oleh pengaruh lingkungan.

b. Dinamika kepribadian

1) Kepribadian dan belajar
    Kepedulian utama Skinner berkenaan dengan kepribadian adalah mengenai perubahan tingkah
    laku. Hakikat toeri Skinner adalah teori belajar, bagaimana individu memiliki tingkah laku
    baru, menjadi lebih terampil, menjadi lebih tahu dan mampu, dst.

Menurut Skinner kepribadian dapat dipahami dengan mempertimbangkan perkembangan tingkah laku dalam hubungannya yang terus-menerus dengan lingkungannya. Cara yang efektif untuk mengubah dan mengontrol tingkah laku adalah dengan melakukan penguatan (reinforcement) . Dalam teori Skinner penguatan dianggap sangat penting untuk membentuk tingkah laku. Menurut Skinner, ada dua macam penguatan :

- Reinforcement positif, yaitu efek yang menyebabkan tingkah laku diperkuat atau sering
  dilakukan.
- Reinforcement negatif, yaitu efek yang menyebabkan tingkah laku diperlemah atau tidak 
  diulangi lagi.

2) Pembentukan perilaku dan perilaku berantai
    Dalam melatih suatu perilaku., Skinner mengemukakan istilah shaping, yaitu upaya secara
    bertahap untuk membentuk perilaku, mulai dari bentuk yang paling sederhana sampai bentuk
    yang paling kompleks. Menurut Skinner terdapat 2 unsur dalam pengertian shaping, yaitu :

    -Adanya penguatan secara berbeda-beda (differential reinforcement), yaitu ada respon yang
     diberi penguatan dan ada yang tidak diberi penguatan.
-Upaya mendekat terus-menerus (successive approximation) yang mengacu pada pengertian bahwa hanya respon yang sesuai dengan harapan eksperimenter yang diberi penguat.


ALIRAN HUMANISTIK

Pendahuluan

Istilah psikologi humanistik (Humanistic Psychology) diperkenalkan oleh sekelompok ahli psikologi yang pada awal tahun 1960-an bekerja sama di bawah kepemimpinan Abraham Maslow dalam mencari alternatif dari dua teori yang sangat berpengaruh atas pemikiran intelektual dalam psikologi. Kedua teori yang dimaksud adalah psikoanalisis dan behaviorisme. Maslow menyebut psikologi humanistik sebagai “kekuatan ketiga” (a third force). Meskipun tokoh-tokoh psikologi humanistik memiliki pandangan yang berbeda-beda, tetapi mereka berpijak pada konsepsi fundamental yang sama mengenai manusia, yang berakar pada salah satu aliran filsafat modern, yaitu eksistensialisme. Manusia, menurut eksistensialisme adalah hal yang mengada-dalam dunia (being-in-the-world), dan menyadari penuh akan keberadaannya (Koeswara, 2001 : 113). Eksistensialisme menolak paham yang menempatkan manusia semata-mata sebagai hasil bawaan ataupun lingkungan. Sebaliknya, para filsuf eksistensialis percaya bahwa setiap individu memiliki kebebasan untuk memilih tindakan, menentukan sendiri nasib atau wujud dari keberadaannya, serta bertanggung jawab atas pilihan dan keberadaannya.

Pokok-pokok Teori Abraham Maslow

Oleh karena eksistensialisme menekankan pada anggapan bahwa manusia memiliki kebebasan dan bertanggung jawab bagi tindakantindakannya, maka pandanganpandangan eksistensialisme menarik bagi para ahli psikologi humanistik dan selanjutnya dijadikan landasan teori
psikologi humanistik. Adapun pokok-pokok teori psikologi humanistik yang dikembangkan oleh Maslow adalah sebagai berikut (Koeswara, 2001 :112-118 dan Alwisol 2005 : 252-270)

1. Prinsip holistik
Menurut Maslow, holisme menegaskan bahwa organisme selalu berting-kah laku sebagai kesatuan yang utuh, bukan sebagai rangkaian bagian atau komponen yang berbeda. Jiwa dan tubuh bukan dua unsur yang terpisah tetapi bagian dari suatu kesatuan, dan apa yang terjadi pada bagian yang satu akan mempengaruhi bagian yang lain. Pandangan holistik dalam kepribadian, yang terpenting adalah :

a. Kepribadian normal ditandai dengan unitas, integrasi, konsistensi, dan koherensi. Organisasi
    adalah keadaan normal dan disorganisasai adalah keadaan patologis (sakit).
b. Organisme dapat dianalisis dengan membedakan tiap bagiannya, tetapi tidak ada bagian yang  
    dapat dipelajari dalam isolasi.
c. Organisme memiliki suatu dorongan yang berkuasa, yaitu aktualisasi diri.
d. Pengaruh lingkungan eksternal pada perkembangan normal bersifat minimal. Potensi  
    organisme jika bisa terkuak di lingkungan yang tepat akan menghasilkan kepribadian yang
      sehat dan integral.
e. Penelitian yang komprehensif terhadap satu orang lebih berguna dari pada penelitian ekstensif
    terhadap banyak orang mengenai fungsi psikologis yang diisolasi.

2. Individu adalah penentu bagi tingkah laku dan pengalamannya sendiri. Manusia adalah agen   
    yang sada, bebas memilih atau menentukan setiap tindakannya. Dengan kata lain manusia
    adalah makhluk yang bebas dan bertanggung jawab.

3. Manusia tidak pernah diam, tetapi selalu dalam proses untuk menjadi sesuatu yang lain dari  
    sebelumnya (becoming). Namun demikian perubahan tersebut membutuhkan persyaratan,  
    yaitu adanya lingkungan yang bersifat mendukung.

4. Individu sebagai keseluruhan yang integral, khas, dan terorganisasi.

5. Manusia pada dasarnya memiliki pembawaan yang baik atau tepatnya netral. Kekuatan jahat  
    atau merusak pada diri manusia merupakan hasil atau pengaruh dari lingkungan yang buruk,    
    dan bukan merupakan bawaan.

6. Manusia memiliki potensi kreatif yang mengarahkan manusia kepada pengekspresian dirinya
    menjadi orang yang memiliki kemampuan atau keistimewaan dalam bidang tertentu.
7. Self-fulfillment merupakan tema utama dalam hidup manusia.

8. Manusia memiliki bermacam-macam kebutuhan yang secara hirarki dibedakan menjadi  
    sebagai berikut (Boeree, 2004) :
(1) kebutuhan-kebutuhan fisiologis (the physiological needs)
(2) kebutuhan akan rasa aman (the safety and security needs)
(3) kebutuhan akan cinta dan memiliki (the love and belongingneeds)
(4) kebutuhan akan harga diri (the esteem needs)
(5) kebutuhan akan aktualisasi diri (the self-actualization needs)

SUMBER :  Alwisol. (2005) Psikologi Kepribadian. Malang : Penerbit    
                                   Universitas Muhammadyah Malang.
                    Koeswara, E. (2001) Teori-teori Kepribadian. Bandung Eresco.
                     Sumadi Suryabrata. (2005) Psikologi Kepribadian. Jakarta : CV Rajawali.
             Drs. Kuntjojo, M.Pd. PSIKOLOGI KEPRIBADIAN. PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI 2 0 0 9

Tidak ada komentar: