Minggu, 24 Maret 2013

A. KONSEP SEHAT


A.   KONSEP SEHAT

Pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya pembangunan nasional diarahkan guna tercapainya kesadaran, kemauan, dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan optimal. Dan kesehatan yang demikian yang menjadi dambaan setiap orang sepanjang hidupnya. Tetapi datangnya penyakit merupakan hal yang tidak bisa ditolak meskipun kadang-kadang nisa di cegah atau dihindari.
     Konsep sehat dan sakit sesungguhnya tidak terlalu mutlak dan universal karena ada faktor-faktor lain di luar kenyataan klinis yang mempengaruhi dan factor social budaya. Kedua pengertian saling mempengaruhi dan pengertian yang satu hanya dapat dipahami dalam konteks pengertian yang lain.
UU No. 23, 1992 tentang Kesehatanmentyatakan bahwa :
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dibadan, jiwa dan social yang memungkinkan hidup produktif secara social dan ekonomi. Dalam Pengertian ini maka kesehatan harus dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh terdiri dari unsure-unsur fisik.


MASALAH SEHAT DAN SAKIT
Masalah kesehatan merupakan masalah kompleks yang merupakan resultante dari berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun masalah buatan manusia, social budaya, perilaku, populasi penduduk, genetika, dan sebagainya.
Derajat kesehatan masyarakat yang disebut sebagai Psycho Socio Somatic healt well being, merupakan resultante dari 4 faktor (3) yaitu :



1.      Environment atau lingkungan
2.      Behaviour atau perilaku,
3.      Heredity atau keturunan yang dipengaruhi oleh populasi distribusi, distribusi penduduk, dan sebagainya.
4.      Health care service berupa program kesehatan yang bersifat preventif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif.
Tingkah laku sakit, peranan sakit dan peranan pasien sangat dipengaruhi oleh factor-faktor seperti kelas social, perbedaan suku bangsa dan budaya. Maka ancaman kesehatan yang sama (yang ditentukan secara klinis), bergantung dari variable-variabel tersebut dapat menimbulkan reaksi yang berbeda-beda dikalangan pasien. Penfertian sakit menurut etiologi naturalistic dapat dijelaskan dari segi impersonal dan sistematik, yaitu bahwa sakit merupakan suatu keadaan atau satu hal yang disebabkan oleh gangguan terhadap sistem tubuh manusia.

Sumber :
Sundari, Siti.(2005). Kesehatan Mental Dalam Kehidupan. Rineka Cipta :
                                                Jakarta
Sunanti Z. Soejoeti. Pusat Penelitian Ekologi Kesehatan, Badan Penelitian dan
                                               Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan RI, Jakarta
                

A.    SEJARAH KESEHATAN MENTAL
            Dalam sejarah kehidupan manusia telah dipaparkan tentang kehidupan manusia itu dalam hubungannya dengan dunia sekitarnya. Sebenarnya tersirat pula pembicaraan tentang usaha itu didalam mempertahankan keharmonisannya dalam kehidupan ini. Jadi, sebenarnya sejak dulu kala usaha untuk mewujudkan keharmonisan/keseimbangan kehidupan ini telah ada, hanya bentuknya belum sistematis dan masih sederhana. Mental hygiene disebut juga ilmu kesehatan mental merupakan ilmu pengetahuan yang masih muda. Dulu orang berpendapat gangguan keseimbangan/keharmonisan mental itu disebabkan oleh gangguan roh-roh jahat. Maka usaha penyembuhan terhadap penderita itu adalah dengan mengusir roh-roh halus tersebut dengan  cara memukuli penderita agar supaya roh-roh jahat itu pergi, dengan demikian ia akan sehat kembali. Kemudian timbul usaha kemanusian untuk mengadakan perbaikan / gangguan mental maupun terhadap penderita penyakit mental itu. Antara lain : Philippe Pinel (Perancis). William Tuke (Inggris). Dorothe Dix (Amerika) seorang wanita sebagai tokoh abad 19 usahanya ialah mengadakan perbaikan kondisi rumah sakit jiwa di Amerika maupun di Eropa. Banyak usaha yang dijadikan dasar-dasar aktivitas dalam Mental Hygene. Clifford whittingham Beers (1876-1943). Ia pernah menderita sakit mental selama 2 tahun dan dirawat dirumah sakit jiwa. Ia mengalami sendiri siksaan yang dia rasakan dan perlakuan keras terhadap penderita itu berdasarkan pengalamannya yaitu penyembuhan atau pengobatan terhadap penderita. Kemudian Beers mengecam terhadap tindakan yang kurang berperikemanusian serta menyarankan program-program perbaikan. Maka ia menyusun program nasional sebagai berikut :
1.      Perbaikan dalam metode pemeliharaan dan penyembuhan terhadap penderita mental.
2.      Kampanye memberikan informasi agar orang-orang bersikap intelligent dan human terhadap penderita.
3.      Memperbanyak research dan menyelidiki sebab-sebab timbulnya penyakit mental beserta terapinya.
4.       Memperbesar usaha educative dan member penerangan untuk mencegah timbulnya gangguan maupun penyakit mental.

Sumber : Sundari, Siti.(2005). Kesehatan Mental Dalam Kehidupan. Rineka Cipta :
                                                Jakarta

B.     PENDEKATAN KESEHATAN MENTAL
Kesehatan mental merupakan ilmu pengetahuan yang praktis, sebagai pengetrapan ilmu jiwa didalam pergaulan hidup. Pandangan terhadap ilmu kesehatan ini agak berbeda-beda sesuai dengan lapangan hidup, keahlian dan kepentingan masing-masing.
Misalnya psychiatrist dalam menangani dan menggunakan ilmu pengetahuan kesehatan mental, menitik beratkan terhadap bahaya pada sikap pribadi yang merugikan atau yang kurang wajar. Demikian pula lapangan-lapangan hidup lainnya. Maka disini akan disajikan beberapa hubungan itu.

A.    Hubungan Kesehatan Mental dengan Kesehatan Fisik
Antara mental dan fisik mempunyai hubungan yang sangan erat, tetapi seberapa jauh eratnya memang belum dapat diketahui secara pasti. Contoh : fisik yang sedang menderita sakit, mental dalam menghadapi problema berbeda dengan pada waktu fisiknya sehat. Yaitu antara lain mudah tersinggung, demikian pula fisik yang sedang sakit, tetapi sikap mentalnya selalu optimis penuh harapan sembuh, maka derita sakit akan lebih ringan dan lekas sembuh. Sedangkan bagi mereka yang pesimis lebih sulit/lama disembuhkan.
B.     Hubungan Kesehatan Mental Dengan Kehidupan Spiritual
Selain kehidupan materialistis masih ada kehidupan spiritualistis yaitu kehidupan kerohanian. Kebutuhan manusia selain kebutuhan biologis, social juga mempunyai kebutuhan metafisis. Kebutuhan terakhir ini terutama memberikan kebutuhan spiritual/kerohanian, yaitu kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, Sang Maha Ada, Sang Maha Kuasa.
C.     Hubungan Kesehatan Mental dengan Pendidikan
Keluarga merupakan tempay pertama anak mendapatkan pendidikan. Orang tua pada umumnya memberikan pelayanan kepada putra dan putrinya sesuai dengan kebutuhan mereka. Ada kalanya orang- orang tua sangat memanjakan, ada pula yang bertindak keras. Namun demikian, bagi keluarga yang mengerti tentang kesehatan mental akan mendidik putra-putrinya sesuai dengan perkembangan kemampuan dan kesenangan serta kepuasan mereka.
Sekolah merupakan masyarakat yang lebih besar dari keluarga. Sekolah bukan hanya sekedar memberikan pelajaran, tetapi juga berusaha memberikan pendidikan sesuai dengan perkembangan, berusaha agar anak didik mengembangkan potensinya secara puasdan senang serta mempunyai pribadi yang integral.
D.    Hubungan Kesehatan Mental dengan Kehidupan Berkeluarga.
Kurang adanya saling pengertian daru suami istri sering menimbulkan kegoncangan, ketidakseimbangan keluarga. Kehidupan berkeluarga merupakan pengalaman baru. Apalagi bagi suami istri yang berasal dari keluarga yang sangat berlainan latar belakangnya. Tetapi tidak berarti perbedaan pribadi, perbedaan kebiasaan dan sifat-sifat tertentu menyebabkan goncangnya/pecahnya keluarga tetapi kadang-kadang justru perbedaan atau saling berlawanan malah akhirnya menjadi sejahterah. Jadi yang paling penting dalam melaksakan kehidupan berumah tangga menjalankan prinsip-prinsip kesehatan mental, yaitu saling berusaha dan bersedia berkorban untuk menjaga keutuhan keluarga itu.
            Dan selain penjelasan diatas ada pula hubungan kesehatan mental dengan perusahaan, lapangan hukum, dengan kebudayaan.

Sumber : Sundari, Siti.(2005). Kesehatan Mental Dalam Kehidupan. Rineka Cipta :
                                                    Jakarta




C.     ORIENTASI KLASIK, ORIENTASI PENYESUAIAN DIRI, DAN ORIENTASI PENGEMBANGAN POTENSI

Saparinah Sadli, mengemukakan tiga orientasi dalam kesehatan jiwa, yaitu :
1.      Orientasi Klasik
Seseorang dianggap sehat bila dia tidak mempunyai kelakuan tertentu, seperti ketegangan, rasa lelah, cemas, rendah diri atau perasaan tak berguna, yang semuanya menimbulkan perasaan “sakit” atau rasa “tak sehat” serta mengganggu efisiensi kegiatan sehari-hari. Aktivitas klasik ini banyak dianut di lingkungan kedokteran.
2.      Orientasi Penyesuain Diri
Orientasi penyesuian diri orang dianggap sehat secara psikologis bila mampu mengembangkan dirinya sesuai dengan tuntutan orang-orang lain serta lingkungan sekitarnya.
3.      Orientasi Pengembangan Potensi
Seseorang dikatakan mencapai tarap kesehatan jiwa, bila ia mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan potensialitasnya menuju kedewasaan, ia bisa dihargai oleh orang lain dan dirinya sendiri. Dalam psiko-terapi (Perawatan Jiwa) ternyata yang menjadi pengendali utama dalam setiap tindakan dan perbuatan seseorang bukanlah akal pikiran semata-mata, akan tetapi yang lebih penting dan kadang-kadang sangat menentukan adalah perasaan. Dapat dikatakan bahwa keharmonisan antara pikiran dan perasaanlah yang membuat tindakan seseorang tampak matang dan wajar. Sehingga dapat dikatakan bahwa tujuan Hygiene mental atau Kesehatan mental adalah mencegah timbulnya gangguan mental dan gangguan emosi, mengurangi atau menyembuhkan penyakit jiwa serta memajukan jiwa.

Sumber :
Sundari, Siti.(2005). Kesehatan Mental Dalam Kehidupan. Rineka Cipta :
                                                Jakarta
http://psiko-for-us.web.id/kesmen/tujuan-mempelajari-kesehatan-mental/




Tidak ada komentar: