Senin, 30 Desember 2013

MEMPENGARUHI PERULAKU, KEKUASAAN, TEORI LEADERSHIP, MOTIVASI


  1. MEMPENGARUHI PERULAKU
         - Definisi Pengaruh


   Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 849), pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang atau benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan, atau perbuatan seseorang. Surakhmad (1982:7) menyata-kan bahwa  pengaruh adalah kekuatan yang muncul dari suatu benda atau orang dan juga gejala dalam yang dapat memberikan perubahan terhadap apa-apa yang ada di sekelilingnya. Selain itu, Badudu dan Zain dalam Wigati (2005) menjelaskan bahwa pengaruh adalah kemampuan yang dapat menyebabkan sesuatu terjadi dan membentuk atau mengubahnya menjadi sesuatu yang lain.


  Dalam Nurcahyanti (2011) pengaruh didefinisikan sebagai hubungan sebab-akibat yang ditimbulkan oleh dua hal. Sehingga, pengaruh adalah daya yang timbul dari sesuatu (orang atau benda) yang dapat menyebabkan sesuatu terjadi atau mengubah yang sudah ada menjadi sesuatu yang lain sebagai hubungan sebab-akibat. Jadi, dari pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pengaruh merupakan suatu daya atau kekuatan yang timbul dari sesuatu, baik itu orang maupun benda serta segala sesuatu yang ada di alam  sehingga mempengaruhi apa-apa yang ada di sekitarnya.

       Pengaruh dapat dilihat dari ada atau tidaknya perubahan. Artinya, suatu daya dikatakan memberikan pengaruh ketika mampu mengubah keadaan menjadi berbeda dari sebelumnya. Ada dua jenis pengaruh, yaitu pengaruh positif dan pengaruh negatif. Dikatakan sesuatu berpengaruh positif jika sesuatu tersebut memberikan perubahan yang lebih baik dari keadaan sebelumnya dan berpengaruh negatif jika sebaliknya.

- Kunci-kunci Perubahan Perilaku

        Menurut Lawrence Green (1980) dalam buku Notoadmodjo (2003) perilaku manusia dari tingkat kesehatan terbentuk dari 3 faktor yaitu :

  - Faktor-faktor predisposisi (predisposing factor) yang terdiri dari pengetahuan, sikap,   
     kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai.
  - Faktor-faktor pendukung (enabling factor) yang terdiri dari lingkungan fisik, tersedia  
    atau tidak tersedianya fasilitas dan sarana.
  - Faktor-faktor pendorong (reinforcing factor) yang terdiri dari sikap dan perilaku petugas
    kesehatan, tokoh agama serta tokoh masyarakat.

        Menurut WHO (1984) dalam buku Notoadmodjo (2003) perilaku tertentu seseorang dipengaruhi oleh 4 alasan pokok yaitu :

  a) Pengetahuan
      Pengetahuan seseorang diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain.
  b) Kepercayaan
      Kepercayaan sering diperoleh dari orang tua, kakek atau nenek. Seseorang menerima
      kepercayaan berdasarkan keyakinan dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu.
  c) Sikap
      Sikap menggambarkan suka dan tidak suka terhadap obyek. Sikap sering diperoleh dari
      pengalaman sendiri maupun orang lain yang paling dekat.
d)  Orang penting sebagai referensi
     Perilaku orang lebih banyak dipengaruhi oleh orang-orang yang dianggap penting.

       - Model Mempengaruhi Perilaku & Perannya dalam Psikologi Manajemen

          Model kepemimpinan didasarkan pada pendekatan yang mengacu kepada hakikat 
 kepemimpinan yang berlandaskan pada perilaku dan keterampilan seseorang yang
 berbaur kemudian membentuk gaya kepemimpinan yang berbeda.

REFERENSI :

Tim Depdiknas.  2005.  Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Surakhmad, Winarno.1982. Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung: Tarsito

Rahayu, Wigati. 2005. Penerapan Kurikulum Berbasis Kompetensi pada Pembelajaran Kimia di SMA Negeri 1 Sewon Bantul. Tesis. Yogyakarta: PPS Universitas Negeri Yogyakarta.

Nurcahyanti. 2011. Permasalahan Pendidikan di Indonesia. Makalah. Tersedia pada  http://elearning.unesa.ac.id/myblog/elly-nurcahyanti/makalah-permasalahan-pendidikandi-indonesia-beserta-solusinya.


digilib.unimus.ac.id/files/disk1/113/jtptunimus-gdl-yunitafery-5605-2-babii.pdf
psikologizone.com/cara-mempengaruhi-orang-lain/06511947

library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-01114-MC%20Bab2001.pdf
tenlibrary.com/2013/08/beberapa-pengertian-komunikasi-menurut.html
coremap.or.id/downloads/Mengapa_Kita_Berkomunikasi.pdf
digilib.unimus.ac.id/files/disk1/121/jtptunimus-gdl-kikaaldela-6006-2-babii.pdf

Umar, Husein. (2002). Metode riset bisnis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Umum



2. KEKUASAAN

- Definisi Kekuasaan
      Kekuasaan adalah kewenangan yang didapatkan oleh seseorang atau kelompok guna menjalankan kewenangan tersebut sesuai dengan kewenangan yang diberikan, kewenangan tidak boleh dijalankan melebihi kewenangan yang diperoleh atau kemampuan seseorang atau kelompok untuk memengaruhi tingkah laku orang atau kelompok lain sesuai dengan keinginan dari pelaku (Miriam Budiardjo,2002) atau Kekuasaan merupakan kemampuan memengaruhi pihak lain untuk berpikir dan berperilaku sesuai dengan kehendak yang memengaruhi (Ramlan Surbakti,1992).
Dalam pembicaraan umum, kekuasaan dapat berarti kekuasaan golongan, kekuasaan raja, kekuasaan pejabat negara. Sehingga tidak salah bila dikatakan kekuasaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi pihak lain menurut kehendak yang ada pada pemegang kekuasaan tersebut. Robert Mac Iver mengatakan bahwa Kekuasaan adalah kemampuan untuk mengendalikan tingkah laku orang lain baik secara langsung dengan jalan memberi perintah / dengan tidak langsung dengan jalan menggunakan semua alat dan cara yg tersedia. Kekuasaan biasanya berbentuk hubungan, ada yg memerintah dan ada yg diperintah. Manusia berlaku sebagau subjek sekaligus objek dari kekuasaan. Contohnya Presiden, ia membuat UU (subyek dari kekuasaan) tetapi juga harus tunduk pada UU (objek dari kekuasaan).

- Sumber-sumber Kekuasaan Menurut French & Raven
  Kekuasaan tidak begitu saja diperoleh individu, ada 5 sumber kekuasaan:

  a. Kekuasaan menghargai (reward power)
      Kekuasaan yang didasari pada kemampuan seseorang pemberi pengaruh untuk memberi penghargaan           pada orang lain yang dipengaruhi untuk melaksanakan perintah.
      Misalnya: bonus, senioritas atau pun persahabatan.

b. Kekuasaan memkasa (coercive power)
    Kekuasaan berdasarkan pada kemampuan orang untuk menghukum orang yang dipengaruhi kalau tidak       memnuhi perintah atau persyaratan.
    Misalnya: teguran dan hukuman.

c. Kekuasaan sah (legitimate power)
    Kukuasaan formal yang diperoleh berdasarkan hokum atau aturan yang timbul dari pengakuan seseorang       yang dipengaruhi bahwa pemberi pengaruh berhak menggunakan pengaruh sampai pada batas tertentu.

d. Kekuasaan keahlian (expert power)
    Kekuasaan ang didasarkan pada presepsi atau keyakinan bahwa pemberi pengaruh mempunyai keahlian       relevan atau pengetahuan khusus yang tidak dimiliki oleh orang yang dipengaruhi. Misal: tenaga                 
    professional dan tenaga ahli.

e. Kekuasaan rujukan (referent power)
    Kekuasaan yang dimiliki oleh seseorang atau kelompok yang didasarkan pada indentifikasi pemberi       
    pengaruh yang menjadi contoh atau panutan bagi yang dipengaruhi.
    Misal: karisma, keberanian dan simpatik.

REFERENSI :

Stanley Milgram, Obedience to authority: an experimental view, Taylor & Francis (1974)ISBN 0-422-74580-4 ISBN 978-0-422-74580-2

 R. Baine Harris, Authority: a philosophical analysis, University of California (1976) ISBN 0-8173-6620-2 ISBN 978-0-8173-6620-9

Jimung, Martin. (2005). Politik Lokal dan Pemerintah Daerah dalam Perspektif    
     Daerah. Jakarta: Yayasan Pustaka Nusantara.

Drs. H. Inu Kencana Syafiie. M. Si. (2005) Pengantar Ilmu Pemerintahan.
     Jakarta:PT.Refika Aditama.

3. TEORI LEADERSHIP

Definisi leadership

Stogdill (1974)menyimpulkan bahwa banyak sekali definisi mengenai kepemimpinan. Hal ini dikarenakan banyak sekali orang yang telah mencoba mendefinisikan konsep kepemimpinan tersebut. Namun demikian, semua definisi kepemimpinan yang ada mempunyai beberapa unsur yang sama.

       Sarros dan Butchatsky (1996), "leadership is defined as the purposeful behaviour of influencing others to contribute to a commonly agreed goal for the benefit of individual as well as the organization or common good". Menurut definisi tersebut, kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai suatu perilaku dengan tujuan tertentu untuk mempengaruhi aktivitas para anggota kelompok untuk mencapai tujuan bersama yang dirancang untuk memberikan manfaat individu dan organisasi. Sedangkan menurut Anderson (1988), "leadership means using power to influence the thoughts and actions of others in such a way that achieve high performance".

       Berdasarkan definisi-definisi di atas, kepemimpinan memiliki beberapa implikasi. Antara lain:
Pertama: kepemimpinan berarti melibatkan orang atau pihak lain, yaitu para karyawan atau bawahan (followers). Para karyawan atau bawahan harus memiliki kemauan untuk menerima arahan dari pemimpin. Walaupun demikian, tanpa adanya karyawan atau bawahan, kepemimpinan tidak akan ada juga.

       Kedua: seorang pemimpin yang efektif adalah seseorang yang dengan kekuasaannya (his or herpower) mampu menggugah pengikutnya untuk mencapai kinerja yang memuaskan. Menurut French dan Raven (1968), kekuasaan yang dimiliki oleh para pemimpin dapat bersumber dari:

Reward power, yang didasarkan atas persepsi bawahan bahwa pemimpin mempunyai kemampuan dan sumberdaya untuk memberikan penghargaan kepada bawahan yang mengikuti arahan-arahan pemimpinnya.

Coercive power, yang didasarkan atas persepsi bawahan bahwa pemimpin mempunyai kemampuan memberikan hukuman bagi bawahan yang tidak mengikuti arahan-arahan pemimpinnya
Legitimate power, yang didasarkan atas persepsi bawahan bahwa pemimpin mempunyai hak untuk menggunakan pengaruh dan otoritas yang dimilikinya.

Referent power, yang didasarkan atas identifikasi (pengenalan) bawahan terhadap sosok pemimpin. Para pemimpin dapat menggunakan pengaruhnya karena karakteristik pribadinya, reputasinya atau karismanya.

Expert power, yang didasarkan atas persepsi bawahan bahwa pemimpin adalah seeorang yang memiliki kompetensi dan mempunyai keahlian dalam bidangnya.

- Teori-teori Kepemimpinan Partipatif :

a.  Teori X dan Teori Y dari Douglas MX Gregor

     Douglas McGregor menyatakan bahwa ada 2 pandangan tentang manusia, yang pertama pada dasarnya negative-Teori X adalah orang yang malas, yang harus dipaksa untuk bekerja, yang tidak mau dibebani tanggung jawab, dan yang kedua pada dasarnya positif-Teori Y adalah orang yang suka bekerja dan senang dapat tanggung jawab. McGregor berkesimpulan bahwa pandangan seorang manajer tentang sifat manusia didasarkan atas pengelompokkan asumsi tertentu dan bahwa manusia cenderung untuk menyesuaikan perilakunya terhadap bawahan sesuai dengan asumsi-asumsi tersebut.

b.  Teori System 4 dari Resis dan Likert

    Gaya Kepemimpinan yang berlandaskan pada hubungan antara manusia melalui hasil produksi dari sudut pandang manajemen yang kemudian dikenal dengan Four Systems Theory. Empat Sistem Kepemimpinan menurut Likert tersebut antara lain :

1.     Sistem Otokratis Eksploitif
        Pada sistem Otokratis Eksploitif ini, pemimpin membuat semua keputusan yang berhubungan dengan kerja dan memerintah para bawahan untuk melaksanakannya. Standar dan metode pelaksanaan juga secara kaku ditetapkan oleh pemimpin. Pemimpin tipe ini sangat otoriter, mempunyai kepercayaan yang rendah terhadap bawahannya, memotivasi bawahan melalui ancaman atau hukuman. Komunikasi yang dilakukan satu arah ke bawah (top-down).

Ciri-ciri sistem otokratis eksploitif ini antara lain:
a. Pimpinan menentukan keputusan
b. Pimpinan menentukan standar pekerjaan
c. Pimpinan menerapkan ancaman dan hukuman
d. Komunikasi top down 

2.    Sistem Otokratis Paternalistic
       Pada sistem ini, Pemimpin tetap menentukan perintah-perintah, tetapi memberi bawahan kebebasan untuk memberikan komentar terhadap perintah-perintah tersebut. Berbagai fleksibilitas untuk melaksanakan tugas-tugas mereka dalam batas-batas dan prosedur-prosedur yang telah ditetapkan. Pemimpin mempercayai bawahan sampai tingkat tertentu, memotivasi bawahan dengan ancaman atau hukuman tetapi tidak selalu dan memperbolehkan komunikasi ke atas. Pemimpin memperhatikan ide bawahan dan mendelegasikan wewenang, meskipun dalam pengambilan keputusan masih melakukan pengawasan yang ketat.

Ciri-ciri dri sistem Otokratis Paternalistic atau Otoriter Bijak, antara lain:
a. Pimpinan percaya pada bawahan
b. Motivasi dengan hadiah dan hukuman
c. Adanya komunikasi ke atas
d. Mendengarkan pendapat dan ide bawahan
e. Adanya delegasi wewenang

3.    Sistem Konsultatif

       Pada sistem ini, Pemimpin menetapkan tujuan-tujuan dan memberikan perintah-perintah setelah hal-hal itu didiskusikan dahulu dengan bawahan. Bawahan dapat membuat keputusan-keputusan mereka sendiri tentang cara pelaksanaan tugas. Penghargaan lebih digunakan untuk memotivasi bawahan daripada ancaman hukuman.
Pemimpin mempunyai kekuasaan terhadap bawahan yang cukup besar. Pemimpin menggunakan balasan (insentif) untuk memotivasi bawahan dan kadang-kadang menggunakan ancaman atau hukuman. Komunikasi dua arah dan menerima keputusan spesifik yang dibuat oleh bawahan.

Ciri-ciri Sistem konsultatif antara lain:
a. Komunikasi dua arah
b. Pimpinan mempunyai kepercayaan pada bawahan
c. Pembuatan keputusan dan kebijakan yang luas pada tingkat atas

4.    Sistem Partisipatif

       Sistem partisipatif adalah sistem yang paling ideal menurut Likert tentang cara bagaimana organisasi seharusnya berjalan. Tujuan-tujuan ditetapkan dan keputusan-keputusan kerja dibuat oleh kelompok. Bila pemimpin secara formal yang membuat keputusan, mereka melakukan setelah mempertimbangkan saran dan pendapat dari para anggota kelompok. Untuk memotivasi bawahan, pemimpin tidak hanya mempergunakan penghargaan-penghargaan ekonomis tetapi juga mencoba memberikan kepada bawahan perasaan yang dibutuhkan dan penting. Pemimpin mempunyai kepercayaan sepenuhnya terhadap bawahan, menggunakan insentif ekonomi untuk memotivasi bawahan. Komunikasi dua arah dan menjadikan bawahan sebagai kelompok kerja.

Ciri-ciri Sistem Partisipatif antara lain:
a. Team work
b. Adanya keterbukaan dan kepercayaan pada bawahan
c. Komunikasi dua arah (top down and bottom up)

c.  Theory of leadership pattern choice dari Tennembaum dan Scmiat

     Tujuh “pola kepemimpinan” yang diidentifikasi oleh Tannenbaum dan Schmidt. Pola kepemimpinan ditandai dengan angka-angka di bagian bawah diagram ini mirip dengan gaya kepemimpinan, tetapi definisi dari masing-masing terkait dengan proses pengambilan keputusan.
Demokrasi (hubungan berorientasi) pola kepemimpinan yang ditandai oleh penggunaan wewenang oleh bawahan.
     Otoriter (tugas berorientasi) pola kepemimpinan yang ditandai oleh penggunaan wewenang oleh pemimpin.
Perhatikan bahwa sebagai penggunaan kekuasaan oleh bawahan meningkat (gaya demokratis) penggunaan wewenang oleh pemimpin berkurang secara proporsional.

Kepemimpinan Pola 1: “Pemimpin izin bawahan berfungsi dalam batas-batas yang ditentukan oleh superior.”
Contoh: Pemimpin memungkinkan anggota tim untuk memutuskan kapan dan seberapa sering untuk bertemu.

Kepemimpinan Pola 2: “Pemimpin mendefinisikan batas-batas, dan meminta kelompok untuk membuat keputusan.”
Contoh: Pemimpin mengatakan bahwa anggota tim harus memenuhi setidaknya sekali seminggu, tetapi tim bisa memutuskan mana hari adalah yang terbaik.

Kepemimpinan Pola 3: “Pemimpin menyajikan masalah, mendapat kelompok menunjukkan, maka pemimpin membuat keputusan.”
Contoh: Pemimpin meminta tim untuk menyarankan hari-hari baik untuk bertemu, maka pemimpin memutuskan hari apa tim akan bertemu.

Kepemimpinan Pola 4: “Pemimpin tentatif menyajikan keputusan untuk kelompok. Keputusan dapat berubah oleh kelompok.”
Contoh: Pemimpin kelompok bertanya apakah hari Rabu akan menjadi hari yang baik untuk bertemu. Tim menyarankan hari-hari lain yang mungkin lebih baik.
Kepemimpinan Pola 5: “Pemimpin menyajikan ide-ide dan mengundang pertanyaan.”
Contoh: Pemimpin tim mengatakan bahwa ia sedang mempertimbangkan membuat hari Rabu untuk pertemuan tim. Pemimpin kemudian meminta kelompok jika mereka memiliki pertanyaan.

Kepemimpinan Pola 6: “Para pemimpin membuat keputusan kemudian meyakinkan kelompok bahwa keputusan yang benar.”
Contoh: Pemimpin mengatakan kepada anggota tim bahwa mereka akan bertemu pada hari Rabu. Pemimpin kemudian meyakinkan anggota tim bahwa Rabu adalah hari-hari terbaik untuk bertemu.

Kepemimpinan Pola 7: “Para pemimpin membuat keputusan dan mengumumkan ke grup.”
Contoh: Pemimpin memutuskan bahwa tim akan bertemu pada hari Rabu apakah mereka suka atau tidak, dan mengatakan bahwa berita itu kepada tim.

d. Modern Choice Approach to Participation : Teori kepemimpinan model Vroom dan Yetton ini      
    merupakan salah satu teori kontingensi. Teori kepemimpinan Vroom dan Yetton disebut juga teori Normatif, karena mengarah kepada pemberian suatu rekomendasi tentana gaya kepemimpinan yang sebaiknya digunakan dalam situasi tertentu. Vroom danYetton memberikan beberapa gaya kepemimpinan yang layak untuk setiap situasi.

e. Contingency Theory of Leadership dari Fiedler : Model kepemimpinan Fiedler (1967) disebut sebagai model kontingensi karena model tersebut beranggapan bahwa kontribusi pemimpin terhadap efektifitas kinerja kelompok tergantung pada cara atau gaya kepemimpinan (leadership style) dan kesesuaian situasi (the favourableness of the situation) yang dihadapinya.
Favourableness Situasional, yaitu sejauh mana pemimpin dapat mengendalikan dan mempengaruhi situasi tertentu, ditentukan oleh tiga variabel situasi, yaitu :

1.   Hubungan Pemimpin-Anggota
      Hubungan pribadi pemimpin dengan anggota kelompoknya.

2.    Tugas Struktur
       Derajat struktur dari tugas yang diberikan pada kelompok untuk dikerjakan. Ciri ini ditaksir melalui empat skala pengharkatan yang dikembangkan oleh Shaw, yaitu skala tentang Goal Charity, Goal Path Multiplicity, Decission Verifiability dan Decission specificity.

3.    Kekuasaan Kedudukan (Posisition Power)
       Kekuasaan dan kewenangan yang berkaitan dalam kedudukannya. Besar kecilnya variabel ini diukur dengan suatu Cheklist, yang disusun.

f. Path Goal Theory : Teori ini dikembangkan oleh Robert House. Inti teori ini adalah bahwa tugas pemimpin untuk memberikan informasi, dukungan, atau sumber-sumber daya lain yang dibutuhkan kepada para pengikut agar mereka bisa mencapai berbagai tujuan mereka. Istilah jalan tujuan berasal dari keyakinan bahwa para pemimpin yang efektif semestinya bisa menunjukan jalan guna membantu pengikut-pengikut mereka mendapatkan hal-hal yang mereka butuhkan demi pencapaian tujuan kerja dan mempermudah perjalanan serta menghilangkan berbagai rintangan.

4) Motivasi

Definisi Motivasi : Motivasi merupakan suatu kumpulan proses psikologis yang memiliki kekuatan di dalam diri seseorang yang menyebabkan pergerakan, arahan, usaha dan kegigihan dalam menghadapi rintangan untuk mencapai suatu tujuan.

Teori Drive Reinforcement : Teori Reinforcement berhubungan dengan teori belajar operant  conditioning dari Skinner. Teori ini mempunyai dua aturan pokok : Aturan pokok yang berhubungan dengan pemerolehan jawaban-jawaban yang benar. Aturan pokok lainnya berhubungan dengan penghilangan jawaban-jawaban yang salah.
Pemerolehan dari satu perilaku menuntut adanya satu pengukuhan sebelumnya. Pengukuhan dapat terjadi positif (pemberian ganjaran untuk satu jawaban yang diinginkan) atau negatif (menghilangkan satu rangsang aversif jika jawaban yang diinginkan telah diberikan), tetapi organisme harus membuat kaitannya antara aksi atau tindakannya dengan akibat-akibatnya.

Teori Harapan (Expectancy) : Teori harapan ini dikemukakan oleh Victor Vroom yang mendasarkan teorinya pada tiga konsep penting, yaitu:
  1. Harapan (expectancy) adalah suatu kesempatan yang diberikan terjadi karena perilaku.
  1. Nilai (valence) adalah akibat dari perilaku tertentu yang mempunyai nilai atau martabat tertentu (daya atau nilai memotivasi) bagi setiap individu tertentu.
  1. Pertautan (instrumentality) adalah persepsi dari individu bahwa hasil dari tingkat pertama akan dihubungkan dengan hasil tingkat kedua.

Teori Hierarki Maslow : Teori Maslow Hierarki kebutuhan Maslow mengikuti teori jamak yaitu seseorang berperilaku atau bekerja, karena adanya dorongan untuk memenuhi bermacam-macam kebutuhan. Maslow berpendapat, kebutuhan yang di inginkan manusia berjenjang. Maslow mengemukakan lima tingkat kebutuhan, sebagai berikut:
1.   Kebutuhan fisiologis
      Kebutuhan yang harus dipuaskan untuk dapat tetap hidup, termasuk makanan, perumahan, pakaian,     
      udara untuk bernafas, dan sebagainya.

2.  Kebutuhan keselamatan dan keamanan
     Kebutuhan akan keselamatan dan keamanan adalah kebutuhan akan kebebasan dari ancaman yakni 
     merasa aman dari ancaman kecelakaan dan keselamatan dalam melaksanakan pekerjaan.

3.  Kebutuhan sosial
     Kebutuhan sosial adalah kebutuhan teman, interaksi, dicintai, dan mencintai, serta diterima dalam     
     pergaulan kelompok pekerja dan masyarakat lingkungannya.

4.  Kebutuhan akan penghargaan
     Kebutuhan akan penghargaan adalah kebutuhan akan pengakuan dan penghargaan diri dari karyawan    
     dan masyarakat lingkungannya.

5.  Aktualisasi diri
     Aktualisasi diri adalah kebutuhan akan aktualisasi diri dengan menggunakan kemampuan, keterampilan, 
     dan potensi optimal untuk mencapai prestasi kerja yang sangat memuaskan atau luar biasa.

Kebutuhan yang relevan dengan Perilaku dalam OrganisasiPerilaku individu dalam organisasi adalah bentuk interaksi antara karakteristik individu dengan karakteristik organisasi. Setiap individu dalam organisasi, semuanya akan berperilaku berbeda satu sama lain, dan perilakunya adalah ditentukan oleh masing-masing lingkungannya yang memang berbeda. Individu membawa ke dalam tatanan organisasi kemampuan, kepercayaan pribadi, pengharapan kebutuhan dan pengalaman masa lalunya. Karakteristik yang dipunyai individu ini akan dibawanya manakala memasuki lingkungan baru yaitu oraganisasi atau yang lainnya. Organisasi juga merupakan suatu lingkungan yang mempunyai karakteristik seperti keteraturan yang diwujudkan dalam susunan hirarki, pekerjaan, tugas, wewenang, tanggung jawab, sistem penggajian, sistem pengendalian, dan sebagainya.
Perilaku individu juga dapat dipahami dengan mempelajari karakteristik individu. Nimran dalam Sopiah (2008) menjelaskan karakteristik yang melekat pada individu terdiri dari ciri-ciri biografis, kepribadian, persepsi dan sikap.



REFERENSI :






Munandar, A.S. 2001. Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia

Cholisin, M. Si dkk. 2006. Dasar-dasarIlmuPolitik. Yogyakarta : FISE UNY

Nasikun. (1993). Sistem Sosial Indonesia, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada

Sarwono, sarlito W. (2005). Psikologi social (psikologi kelompok dan psikologi terapan). Jakarta : Balai Pustaka

Munandar, A.S. 2001. Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia

Bass, B.M. and Avolio, B.J., 1994, Improving Organizational Effectiveness through Transformational Leadership, Sage, Thousand Oaks.

Bass, B.M., 1960, Leadership, Psychology and Organizational Behavior, Harper and Brothers, New York.

Bennis, W.G. and Nanus, B., 1985, Leaders: The Strategies for Taking Charge, Harper and Row, New York.

Bryman, A., 1992, Charisma and Leadership in Organizations, Sage, London.

Burns, J.M., 1978, Leadership, Harper and Row, New York.

Fiedler, F.E., 1967, A Theory of Leadership Effectiveness, McGraw-Hill, New York.

French, J. and Raven, B., 1967, 'The basis of social power', in D. Cartwright and A. Zander (eds.), Group


# Bagaimana Cara anda jika sudah sukses memenege diri anda dalam Psikologi Manejemen ?
   
Cita-cita saya jika sukses adalah ingin menjadi Psikolog kemudian saya juga akan membuka Peluang Kerja untuk orang lain ingin membuka restoran / tempat makan. setelah itu cita-cita saya yang sangat inginkan adalah ingin mendirikan rumah singgah untuk anak-anak jalanan, melakukan pemberdayaan terhadap mereka, lalu membuat yayasan yatim piatu, panti jompo dll agar dapat membantu mereka yang kurang beruntung. dari situ saya akan mencoba mengatur / memenage diri saya sendiri agar lebih baik lagi dalam mengatur kegiatan saya, mengatur emosi jiwa yang ada pada saya terutama dan untuk orang lain.