TULISAN 3
CINTA DAN PERKAWINAN
A. Bagaiamana memilih
pasangan
Jika
kita ditanya orang lain, ingin kriteria seperti apa untuk pasangan hidup kita
kelak? pasti beragam jawabnya.. ada yang ingin suami cakep atau istri yang
cantik, ada yang ingin punya suami kaya raya atau setidaknya mertua yang kaya
raya, atau pasangan hidup yang sholeh dan sholikhah... banyak sekali
pilihannya...
Lantas bagaimana jika kita tidak bisa milih sendiri alias dijodohkan.. mungkin ada yang pasrah seperti cerita Siti Nurbaya, ada yang biasa aja, ada yang berontak membikin acara minggat dari rumah, bahkan yang paling parah nih sampai niat bunuh diri.
Lantas bagaimana jika kita tidak bisa milih sendiri alias dijodohkan.. mungkin ada yang pasrah seperti cerita Siti Nurbaya, ada yang biasa aja, ada yang berontak membikin acara minggat dari rumah, bahkan yang paling parah nih sampai niat bunuh diri.
Nah
saya akan memberikan beberapa tips memilih pasangan hidup. (ini berdasarkan pengalaman
penulis)
Pada dasarnya memilih pasangan hidup itu berdasarkan tiga kriteria dasar yaitu :
Pada dasarnya memilih pasangan hidup itu berdasarkan tiga kriteria dasar yaitu :
- COCOK JADI ANAK DARI ORANG TUA KITA
- COCOK JADI AYAH / IBU DARI ANAK-ANAK KITA KELAK
- COCOK JADI SUAMI / ISTRI KITA
Akan kita bahas satu
persatu ya
- Cocok Jadi Anak Dari Orang Tua Kita
Terus terang bagi
saya itu orang tua adalah yang paling utama, makanya saya tempatkan kriteria
ini di nomer pertama. Kita semua pasti ingin donk pasangan hidup kita bisa akur
dengan orang tua kita.
Memang
terkadang orang tua terkesan 'cerewet' dalam menilai calon pasangan kita.. yang
harus inilah.. yang harus itulah.. tp jangan berburuk sangka dulu. berpikir
positiflah dahulu bahwa itu adalah bentuk kekhawatiran orang tua kita terhadap
kehidupan kita kelak. Mulailah pelajari apa aja keinginan orang tua sebenarnya
dan komunikasi yang baik adalah caranya. Diskusi sambil minum teh atau pada
saat relaks nonton TV bareng. Saya rasa orang tua sendiri juga sudah bisa
menyadari bahwa tidak semua kriteria yang ditetapkannya itu bisa kita penuhi, jadi anda jangan langsung menjawab dengan nada
protes jika ada kriteria dari orang tua yang tidak anda sukai. Santai aja
teman...
Ibaratnya anda tidak akan bisa langsung menghentikan laju jalan orang yang berbadan jauh lebih tinggi dan besar dengan cara menghadangnya langsung tanpa melukai diri sendiri. Iringi dia jalan, ajak bicara dan rangkul dia sambil perlahan-lahan belokan atau hentikan jalannya.
- Cocok Jadi Ayah / Ibu Dari Anak-anak Kita Kelak
Ini adalah kriteria
kedua yang saya tetapkan. Nggak mau donk anak-anak kita terlantar gara-gara
suami / istri kita nggak perhatian dengan anak kita. Orang tua harus perhatian
kepada anak entah itu masalah pendidikannya (baik pendidikan agama ataupun
formal), kesehatannya, keperluannya, dan lain2. karena itu adalah salah satu
cara membentuk pribadi anak kita.
- Cocok Jadi Suami / Istri Kita
Ini adalah kriteria
yang terakhir. Saya menempatkannya di posisi terakhir bukan berarti saya harus
mengalah dan menomor kesekiankan keinginan pribadi saya. Saya juga mau punya istri
yang cantik, seksi, pinter masak, atau apalah kriteria-kriteria menarik
lainnya. saya menempatkan di posisi terakhir itu karena kriteria ini lebih
mudah dicari daripada 2 kriteria diatas. Banyak kok di dunia ini cowok yang
ganteng dan gagah atau cewek yang cantik dan seksi... tinggal pilih aja (
masalahnya cuma satu, mereka mau nggak dengan kita hahaha )
Itulah penjelasan ketiga kriteria yang saya terapkan dalam memilih pasangan hidup saya. Jujur sejujurnya, dalam masa pencarian saya, terutama untuk kriteria pertama dan kedua, saya bahkan harus 'memendam agak dalam' perasaan 'CINTA' di hati saya karena harus bolak-balik putus-ganti-putus-ganti dengan beberapa orang gadis. Bukan berarti mereka banyak 'kekurangan' sehingga tidak saya pilih, ada beberapa kasus yang justru 'kekurangan' tersebut berasal dari saya ( tapi mohon maaf tidak bisa saya sebutkan disini ^_^a ). Waktu itu saya cuma yakin bahwa cinta itu bisa datang belakangan dengan sendirinya seiring berjalannya waktu, dan ternyata memang seperti itu.
Itulah penjelasan ketiga kriteria yang saya terapkan dalam memilih pasangan hidup saya. Jujur sejujurnya, dalam masa pencarian saya, terutama untuk kriteria pertama dan kedua, saya bahkan harus 'memendam agak dalam' perasaan 'CINTA' di hati saya karena harus bolak-balik putus-ganti-putus-ganti dengan beberapa orang gadis. Bukan berarti mereka banyak 'kekurangan' sehingga tidak saya pilih, ada beberapa kasus yang justru 'kekurangan' tersebut berasal dari saya ( tapi mohon maaf tidak bisa saya sebutkan disini ^_^a ). Waktu itu saya cuma yakin bahwa cinta itu bisa datang belakangan dengan sendirinya seiring berjalannya waktu, dan ternyata memang seperti itu.
Berbicara
tentang memulai hubungan dengan tanpa rasa cinta, saya ingin menyarankan kepada
teman-teman yang dijodohkan oleh orang tuanya untuk tidak langsung bilang
'TIDAK' terlebih dahulu. Alangkah baiknya anda kenal dulu 'jodoh' yang
diberikan oleh orang tua anda. Memang sih ini bukan jamannya Siti Nurbaya, tapi
apakah anda yakin bahwa 'jodoh' pilihan anda sendiri itu lebih baik dari
'jodoh' yang dikenalkan oleh orang tua anda?? Mungkin anda bisa belajar dari
orang-orang sekitar anda. Teman saya sendiri dijodohkan dan usia perkawinannya
sekarang 7 tahun, juga tidak ada masalah yang berarti.
Saya
tidak menyarankan bahwa memulai hubungan harus tanpa rasa cinta karena
bagaimanapun rasa cinta itu adalah sebuah anugerah yang indah yang diberikan
oleh Allah SWT. Memulai hubungan dengan rasa cinta itu sangatlah baik, tapi
jika tidak memungkinkan seperti itu bukan berarti dunia mau runtuh kan....
B. Seluk-beluk hubungan
dalam perkawinan
Pada umumnya salah
satu tanda kegagalan suami-istri dalam mencapai kebahagiaan perkawinan adalah
perceraian. Perceraian adalah akumulasi dari kekecewaan yang berkepanjangan
yang disimpan dalam alam bawah sadar individu. Adanya batas toleransi pada
akhirnya menjadikan kekecewaan tersebut muncul kepermukaan, sehingga keinginan
untuk bercerai begitu mudah.
Masalah diseputar perkawinan atau
kehidupan berkeluarga antara lain:
· Kesulitan
ekonomi keluarga yang kurang tercukupi.
·
Perbedaan watak.
·
Temperamen dan
perbedaan kepribadian yang sangat tajam antara suami dan istri.
·
Ketidakpuasan dalam
hubungan seks.
·
Kejenuhan rutinitas.
· Hubungan
antara keluarga besar yang kurang baik.
· Adanya
istilah WIL (wanita idaman lain) atau PIL (pria idaman lain).
·
Masalah harta warisan.
· Menurunnya
perhatian kedua belah pihak.
·
Domonasi dan
intervensi orang tua atau mertua.
· Kesalahpahaman
antara kedua belah pihak.
Dari salah satu masalah diatas yaitu kesalahpahaman yang menyebabkan
pasangan menjadi tersinggung, sehingga terkadang memicu adanya perceraian,
merupakan masalah yang sering terjadi dalam kehidupan rumah tangga. Karena
kesalahpahaman itulah yang terkadang pasangan enggan untuk membuka komunikasi
dengan pasangannya yang kemudian menimbulkan misskomunikasi. Tanpa mereka
sadari dengan keadaan seperti itu malah akan membuat mereka sulit dalam
menghadapi problem apapun. Komunikasi yang intern dan baik akan melahirkan
saling keterbukaan dan suasana keluarga yang nyaman.
Allah juga memerintahkan kepada suami-istri untuk selalu berbuat baik.
Suami dan istri sering beranggapan bahwa masalah yang timbul akan
selesai dengan sendirinya, asalkan bersabar dan menyediakan waktu yang panjang.
Allah juga memerintahkan kepada suami-istri untuk selalu berbuat baik.
Suami dan istri sering beranggapan bahwa masalah yang timbul akan
selesai dengan sendirinya, asalkan bersabar dan menyediakan waktu yang panjang.
Namun kenyataannya masalah yang didiamkan bukan membaik, malah memburuk
seiring berjalannya waktu yang lama. Kejengkelan makin menumpuk dan
penyelesaian makin jauh di mata, kareana masalah menjadi seperti benang kusut
dan tidak tahu lagi harus memulainya dari mana. Tabungan cinta cenderung
menyusut seiring dengan berkecamuknya masalah dengan berkurangnya cinta dan
kasih sayang, berkurang pulalah semangat untuk menyelesaikan masalah. Pada
akhirnya ketidakpedulian menggantikan cinta dan makin menyesuaikan diri dalam
kehidupan yang tidak sehat ini. Dengan kata lain antara suami dan istri sudah
menemukan cara yang efektif untuk menyelesaikannya tapi tidak dilakukan
sehingga dapat menimbulkan perceraian.
C. Penyesuaian dan pertumbuhan dalam perkawinan
Perkawinan tidak berarti mengikat pasangan
sepenuhnya. Dua individu ini harus dapat mengembangkan diri untuk kemajuan
bersama. Keberhasilan dalam perkawinan tidak diukur dari ketergantungan
pasangan. Perkawinan merupakan salah satu tahapan dalam hidup yang pasti
diwarnai oleh perubahan. Dan perubahan yang terjadi dalam sebuah perkawinan,
sering tak sederhana. Perubahan yang terjadi dalam perkawinan banyak terkait
dengan terbentuknya relasi baru sebagai satu kesatuan serta terbentuknya
hubungan antarkeluarga kedua pihak.
Relasi yang diharapkan dalam
sebuah perkawinan tentu saja relasi yang erat dan hangat. Tapi karena adanya
perbedaan kebiasaan atau persepsi antara suami-istri, selalu ada hal-hal yang
dapat menimbulkan konflik. Dalam kondisi perkawinan seperti ini, tentu sulit
mendapatkan sebuah keluarga yang harmonis.
Pada dasarnya, diperlukan
penyesuaian diri dalam sebuah perkawinan, yang mencakup perubahan diri sendiri
dan perubahan lingkungan. Bila hanya mengharap pihak pasangan yang berubah,
berarti kita belum melakukan penyesuaian.
Banyak yang bilang pertengkaran
adalah bumbu dalam sebuah hubungan. Bahkan bisa menguatkan ikatan cinta. Hanya,
tak semua pasangan mampu mengelola dengan baik sehingga kemarahan akan
terakumulasi dan berpotensi merusak hubungan.
D.
Perceraian dan pernikahan kembali
Pernikahan bukanlah akhir kisah
indah bak dongeng cinderella, namun dalam perjalanannya, pernikahan justru
banyak menemui masalah. Menikah Kembali setelah perceraian mungkin menjadi
keputusan yang membingungkan untuk diambil. Karena orang akan mencoba untuk
menghindari semua kesalahan yang terjadi dalam perkawinan sebelumnya dan mereka
tidak yakin mereka bisa memperbaiki masalah yang dialami. Mereka biasanya
kurang percaya dalam diri mereka untuk memimpin pernikahan yang berhasil karena
kegagalan lama menghantui mereka dan membuat mereka ragu-ragu untuk mengambil
keputusan.
Apa yang akan mempengaruhi
peluang untuk menikah setelah bercerai? Ada banyak faktor. Misalnya seorang
wanita muda pun bisa memiliki kesempatan kurang dari menikah lagi jika dia
memiliki beberapa anak. Ada banyak faktor seperti faktor pendidikan, pendapatan
dan sosial.
Sebagai manusia, kita memang
mempunyai daya tarik atau daya ketertarikan yang tinggi terhadap hal-hal yang
baru. Jadi, semua hal yang telah kita miliki dan nikmati untuk suatu periode
tertentu akan kehilangan daya tariknya. Misalnya, Anda mencintai pria yang
sekarang menjadi pasangan karena kegantengan, kelembutan dan tanggung jawabnya.
Lama-kelamaan, semua itu berubah menjadi sesuatu yang biasa. Itu adalah kodrat
manusia. Sesuatu yang baru cenderung mempunyai daya tarik yang lebih kuat dan
kalau sudah terbiasa daya tarik itu akan mulai menghilang pula. Ada kalanya,
hal-hal yang sama, yang terus-menerus kita lakukan akan membuat jenuh dalam
pernikahan.
Esensi dalam pernikahan adalah
menyatukan dua manusia yang berbeda latar belakang. Untuk itu kesamaan
pandangan dalam kehidupan lebih penting untuk diusahakan bersama.
Jika ingin sukses dalam
pernikahan baru, perlu menyadari tentang beberapa hal tertentu, jangan biarkan
kegagalan masa lalu mengecilkan hati. Menikah Kembali setelah perceraian bisa
menjadi pengalaman menarik. tinggalkan masa lalu dan berharap untuk masa depan
yang lebih baik.
E. Single Life
Paradigma terhadap lajang
cenderung memojokkan. pertanyaannya kapan menikah?? Ganteng-ganteng kok ga
menikah? Apakah Melajang Sebuah Pilihan??
Ada banyak alasan untuk tetap
melajang. Perkembangan jaman, perubahan gaya hidup, kesibukan pekerjaan yang
menyita waktu, belum bertemu dengan pujaan hati yang cocok, biaya hidup yang
tinggi, perceraian yang kian marak, dan berbagai alasan lainnya membuat seorang
memilih untuk tetap hidup melajang. Batasan usia untuk menikah kini semakin
bergeser, apalagi tingkat pendidikan dan kesibukan meniti karir juga ikut
berperan dalam memperpanjang batasan usia seorang untuk menikah. Keputusan
untuk melajang bukan lagi terpaksa, tetapi merupakan sebuah pilihan. Itulah
sebabnya, banyak pria dan perempuan yang memilih untuk tetap hidup melajang.
Persepsi masyarakat terhadap
orang yang melajang, seiring dengan perkembangan jaman, juga berubah.
Seringkali kita melihat seorang yang masih hidup melajang, mempunyai wajah dan
penampilan di atas rata-rata dan supel. Baik pelajang pria maupun wanita,
mereka pun pandai bergaul, memiliki posisi pekerjaan yang cukup menjanjikan,
tingkat pendidikan yang baik.
Alasan yang paling sering
dikemukakan oleh seorang single adalah tidak ingin kebebasannya
dikekang. Apalagi jika mereka telah sekian lama menikmati kebebasan bagaikan
burung yang terbang bebas di angkasa. Jika hendak pergi, tidak perlu meminta
ijin dan menganggap pernikahan akan membelenggu kebebasan. Belum lagi jika
mendapatkan pasangan yang sangat posesif dan cemburu.
Banyak perusahaan lebih memilih
karyawan yang masih berstatus lajang untuk mengisi posisi tertentu.
Pertimbangannya, para pelajang lebih dapat berkonsentrasi terhadap pekerjaan.
Hal ini juga menjadi alasan seorang tetap hidup melajang.
Banyak pria menempatkan
pernikahan pada prioritas kesekian, sedangkan karir lebih mendapat prioritas
utama. Dengan hidup melayang, mereka bisa lebih konsentrasi dan fokus pada
pekerjaan, sehingga promosi dan kenaikan jabatan lebih mudah diperoleh.
Biasanya, pelajang lebih bersedia untuk bekerja lembur dan tugas ke luar kota
dalam jangka waktu yang lama, dibandingkan karyawan yang telah menikah.
Kemapanan dan kondisi ekonomi pun
menjadi alasan tetap melajang. Pria sering kali merasa kurang percaya diri jika
belum memiliki kendaraan atau rumah pribadi. Sementara, perempuan lajang merasa
senang jika sebelum menikah bisa hidup mandiri dan memiliki karir bagus. Mereka
bangga memiliki sesuatu yang dihasilkan dari hasil keringat sendiri. Selain
itu, ada kepuasaan tersendiri.
Banyak yang mengatakan seorang
masih melajang karena terlalu banyak memilih atau ingin mendapat pasangan yang
sempurna sehingga sulit mendapatkan jodoh. Pernikahan adalah untuk seumur
hidup. Rasanya tidak mungkin menghabiskan masa hidup kita dengan seorang yang
tidak kita cintai. Lebih baik terlambat menikah daripada menikah akhirnya
berakhir dengan perceraian.
Lajang pun lebih mempunyai waktu
untuk dirinya sendiri, berpenampilan lebih baik, dan dapat melakukan kegiatan
hobi tanpa ada keberatan dari pasangan. Mereka bebas untuk melakukan acara
berwisata ke tempat yang disukai dengan sesama pelajang.
Pelajang biasanya terlihat lebih muda
dari usia sebenarnya jika dibandingkan dengan teman-teman yang berusia sama
dengannya, tetapi telah menikah.
Ketika diundang ke pernikahan
kerabat, pelajang biasanya menghindarinya. Kalaupun datang, mereka berusaha
untuk berkumpul dengan para sepupu yang masih melajang dan sesama pelajang. Hal
ini untuk menghindari pertanyaan singkat dan sederhana dari kerabat yang seusia
dengan orangtua mereka. Kapan menikah? Kapan menyusul? Sudah ada calon?
Pertanyaan tersebut, sekalipun sederhana, tetapi sulit untuk dijawab oleh
pelajang.
Seringkali, pelajang juga menjadi
sasaran keluarga untuk dicarikan jodoh, terutama bila saudara sepupu yang
seumuran telah menikah atau adik sudah mempunyai pacar. Sementara orangtua
menginginkan agar adik tidak melangkahi kakak, agar kakak tidak berat jodoh.
Tidak dapat dipungkuri,
sebenarnya lajang juga mempunyai keinginan untuk menikah, memiliki pasangan
untuk berbagi dalam suka dan duka. Apalagi melihat teman yang seumuran yang
telah memiliki sepasang anak yang lucu dan menggemaskan. Bisa jadi, mereka
belum menemukan pasangan atau jodoh yang cocok di hati. Itulah alasan mereka
untuk tetap menjalani hidup sebagai lajang.
Melajang adalah sebuah sebuah
pilihan dan bukan terpaksa, selama pelajang menikmati hidupnya. Pelajang akan
mengakhiri masa lajangnya dengan senang hati jika telah menemukan seorang yang
telah cocok di hati.
Kehidupan melajang bukanlah
sebuah hal yang perlu ditakuti. Bukan pula sebuah pemberontakan terhadap sebuah
ikatan pernikahan. Hanya, mereka belum ketemu jodoh yang cocok untuk berbagi
dalam suka dan duka serta menghabiskan waktu bersama di hari tua.
Arus modernisasi dan gender membuat para perempuan Indonesia dapat menempati posisi yang setara bahkan melebihi pria. Bahkan sekarang banyak perempuan yang mempunyai penghasilan lebih besar dari pria. Ditambah dengan konsep pilihan melajang, terutama kota-kota besar, mendorong perempuan Indonesia untuk hidup sendiri.
Sumber:
Adhim, Mohammad Fauzil
(2002) Indahnya Perkawinan Dini Jakarta: Gema Insani Press (GIP)
Miftachr, 2010. Pengertian Munakahat Pernikahan, Artikel,
(Tersedia online di http://miftachr.blog.uns.ac.id/2010/04/pengertian-munakahat-pernikahan/ diakses pada tanggal 6 Mei 2011).
http://kebindo.blogspot.com/2013/05/tips-memilih-pasangan-hidup.html