- MEMPENGARUHI PERULAKU
- Definisi Pengaruh
Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (2005: 849), pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari
sesuatu (orang atau benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan, atau
perbuatan seseorang. Surakhmad (1982:7) menyata-kan bahwa pengaruh adalah kekuatan yang muncul dari
suatu benda atau orang dan juga gejala dalam yang dapat memberikan perubahan
terhadap apa-apa yang ada di sekelilingnya. Selain itu, Badudu dan Zain dalam
Wigati (2005) menjelaskan bahwa pengaruh adalah kemampuan yang dapat
menyebabkan sesuatu terjadi dan membentuk atau mengubahnya menjadi sesuatu yang
lain.
Dalam Nurcahyanti
(2011) pengaruh didefinisikan sebagai hubungan sebab-akibat yang ditimbulkan
oleh dua hal. Sehingga, pengaruh adalah daya yang timbul dari sesuatu (orang
atau benda) yang dapat menyebabkan sesuatu terjadi atau mengubah yang sudah ada
menjadi sesuatu yang lain sebagai hubungan sebab-akibat. Jadi, dari
pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pengaruh merupakan suatu daya
atau kekuatan yang timbul dari sesuatu, baik itu orang maupun benda serta
segala sesuatu yang ada di alam sehingga
mempengaruhi apa-apa yang ada di sekitarnya.
Pengaruh dapat dilihat dari ada atau tidaknya perubahan. Artinya, suatu daya dikatakan memberikan pengaruh ketika mampu mengubah keadaan menjadi berbeda dari sebelumnya. Ada dua jenis pengaruh, yaitu pengaruh positif dan pengaruh negatif. Dikatakan sesuatu berpengaruh positif jika sesuatu tersebut memberikan perubahan yang lebih baik dari keadaan sebelumnya dan berpengaruh negatif jika sebaliknya.
Pengaruh dapat dilihat dari ada atau tidaknya perubahan. Artinya, suatu daya dikatakan memberikan pengaruh ketika mampu mengubah keadaan menjadi berbeda dari sebelumnya. Ada dua jenis pengaruh, yaitu pengaruh positif dan pengaruh negatif. Dikatakan sesuatu berpengaruh positif jika sesuatu tersebut memberikan perubahan yang lebih baik dari keadaan sebelumnya dan berpengaruh negatif jika sebaliknya.
- Kunci-kunci Perubahan Perilaku
Menurut Lawrence
Green (1980) dalam buku Notoadmodjo (2003) perilaku manusia dari tingkat
kesehatan terbentuk dari 3 faktor yaitu :
- Faktor-faktor
predisposisi (predisposing factor) yang terdiri dari pengetahuan, sikap,
kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai.
- Faktor-faktor
pendukung (enabling factor) yang terdiri dari lingkungan fisik, tersedia
atau tidak tersedianya fasilitas dan sarana.
- Faktor-faktor
pendorong (reinforcing factor) yang terdiri dari sikap dan perilaku petugas
kesehatan, tokoh agama serta tokoh masyarakat.
Menurut WHO (1984)
dalam buku Notoadmodjo (2003) perilaku tertentu seseorang dipengaruhi oleh 4
alasan pokok yaitu :
a) Pengetahuan
Pengetahuan seseorang diperoleh dari
pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain.
b) Kepercayaan
Kepercayaan sering diperoleh dari orang tua,
kakek atau nenek. Seseorang menerima
kepercayaan berdasarkan keyakinan dan tanpa
adanya pembuktian terlebih dahulu.
c) Sikap
Sikap menggambarkan suka dan tidak suka
terhadap obyek. Sikap sering diperoleh dari
pengalaman sendiri maupun orang lain yang
paling dekat.
d) Orang penting
sebagai referensi
Perilaku orang lebih banyak dipengaruhi oleh
orang-orang yang dianggap penting.
- Model Mempengaruhi Perilaku & Perannya dalam Psikologi Manajemen
Model kepemimpinan
didasarkan pada pendekatan yang mengacu kepada hakikat
kepemimpinan yang berlandaskan pada perilaku
dan keterampilan seseorang yang
berbaur kemudian membentuk gaya kepemimpinan
yang berbeda.
REFERENSI :
Tim
Depdiknas. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.
Surakhmad,
Winarno.1982. Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung: Tarsito
Rahayu, Wigati.
2005. Penerapan Kurikulum Berbasis Kompetensi pada Pembelajaran Kimia di SMA
Negeri 1 Sewon Bantul. Tesis. Yogyakarta: PPS Universitas Negeri Yogyakarta.
Nurcahyanti. 2011.
Permasalahan Pendidikan di Indonesia. Makalah. Tersedia pada
http://elearning.unesa.ac.id/myblog/elly-nurcahyanti/makalah-permasalahan-pendidikandi-indonesia-beserta-solusinya.
digilib.unimus.ac.id/files/disk1/113/jtptunimus-gdl-yunitafery-5605-2-babii.pdf
psikologizone.com/cara-mempengaruhi-orang-lain/06511947
library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-01114-MC%20Bab2001.pdf
tenlibrary.com/2013/08/beberapa-pengertian-komunikasi-menurut.html
coremap.or.id/downloads/Mengapa_Kita_Berkomunikasi.pdf
digilib.unimus.ac.id/files/disk1/121/jtptunimus-gdl-kikaaldela-6006-2-babii.pdf
Umar, Husein.
(2002). Metode riset bisnis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Umum
2. KEKUASAAN
- Definisi Kekuasaan
Kekuasaan adalah kewenangan yang didapatkan oleh
seseorang atau kelompok guna menjalankan kewenangan tersebut sesuai dengan
kewenangan yang diberikan, kewenangan tidak boleh dijalankan melebihi
kewenangan yang diperoleh atau kemampuan seseorang atau kelompok untuk
memengaruhi tingkah laku orang atau kelompok lain sesuai dengan keinginan dari
pelaku (Miriam Budiardjo,2002) atau Kekuasaan merupakan kemampuan memengaruhi
pihak lain untuk berpikir dan berperilaku sesuai dengan kehendak yang
memengaruhi (Ramlan Surbakti,1992).
Dalam pembicaraan umum, kekuasaan dapat berarti kekuasaan
golongan, kekuasaan raja, kekuasaan pejabat negara. Sehingga tidak salah bila
dikatakan kekuasaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi pihak lain menurut
kehendak yang ada pada pemegang kekuasaan tersebut. Robert Mac Iver mengatakan
bahwa Kekuasaan adalah kemampuan untuk mengendalikan tingkah laku orang lain
baik secara langsung dengan jalan memberi perintah / dengan tidak langsung
dengan jalan menggunakan semua alat dan cara yg tersedia. Kekuasaan biasanya
berbentuk hubungan, ada yg memerintah dan ada yg diperintah. Manusia berlaku
sebagau subjek sekaligus objek dari kekuasaan. Contohnya Presiden, ia membuat
UU (subyek dari kekuasaan) tetapi juga harus tunduk pada UU (objek dari
kekuasaan).
-
Sumber-sumber Kekuasaan Menurut French & Raven
Kekuasaan tidak begitu saja diperoleh individu, ada 5
sumber kekuasaan:
a. Kekuasaan menghargai (reward power)
Kekuasaan yang
didasari pada kemampuan seseorang pemberi pengaruh untuk memberi penghargaan pada orang lain yang dipengaruhi untuk melaksanakan perintah.
Misalnya: bonus, senioritas atau pun persahabatan.
b. Kekuasaan memkasa (coercive power)
Kekuasaan berdasarkan pada kemampuan orang untuk
menghukum orang yang dipengaruhi kalau tidak memnuhi perintah atau persyaratan.
Misalnya: teguran dan hukuman.
c. Kekuasaan sah (legitimate power)
Kukuasaan
formal yang diperoleh berdasarkan hokum atau aturan yang timbul dari pengakuan
seseorang yang dipengaruhi bahwa pemberi pengaruh berhak menggunakan pengaruh
sampai pada batas tertentu.
d. Kekuasaan keahlian (expert power)
Kekuasaan ang
didasarkan pada presepsi atau keyakinan bahwa pemberi pengaruh mempunyai
keahlian relevan atau pengetahuan khusus yang tidak dimiliki oleh orang yang
dipengaruhi. Misal: tenaga
professional dan tenaga ahli.
e. Kekuasaan rujukan (referent power)
Kekuasaan yang
dimiliki oleh seseorang atau kelompok yang didasarkan pada indentifikasi
pemberi
pengaruh yang menjadi contoh atau panutan bagi yang dipengaruhi.
Misal: karisma, keberanian dan simpatik.
REFERENSI :
Stanley Milgram, Obedience to authority:
an experimental view, Taylor & Francis (1974)ISBN 0-422-74580-4 ISBN
978-0-422-74580-2
R.
Baine Harris, Authority: a philosophical analysis, University of California
(1976) ISBN 0-8173-6620-2 ISBN 978-0-8173-6620-9
Jimung, Martin. (2005). Politik Lokal dan Pemerintah
Daerah dalam Perspektif
Daerah.
Jakarta: Yayasan Pustaka Nusantara.
Drs. H. Inu Kencana Syafiie. M. Si. (2005) Pengantar
Ilmu Pemerintahan.
Jakarta:PT.Refika
Aditama.
3. TEORI LEADERSHIP
Definisi leadership
Stogdill (1974)menyimpulkan
bahwa banyak sekali definisi mengenai kepemimpinan. Hal ini dikarenakan banyak
sekali orang yang telah mencoba mendefinisikan konsep kepemimpinan tersebut.
Namun demikian, semua definisi kepemimpinan yang ada mempunyai beberapa unsur
yang sama.
Sarros dan Butchatsky (1996), "leadership is defined as the purposeful behaviour of influencing others to contribute to a commonly agreed goal for the benefit of individual as well as the organization or common good". Menurut definisi tersebut, kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai suatu perilaku dengan tujuan tertentu untuk mempengaruhi aktivitas para anggota kelompok untuk mencapai tujuan bersama yang dirancang untuk memberikan manfaat individu dan organisasi. Sedangkan menurut Anderson (1988), "leadership means using power to influence the thoughts and actions of others in such a way that achieve high performance".
Sarros dan Butchatsky (1996), "leadership is defined as the purposeful behaviour of influencing others to contribute to a commonly agreed goal for the benefit of individual as well as the organization or common good". Menurut definisi tersebut, kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai suatu perilaku dengan tujuan tertentu untuk mempengaruhi aktivitas para anggota kelompok untuk mencapai tujuan bersama yang dirancang untuk memberikan manfaat individu dan organisasi. Sedangkan menurut Anderson (1988), "leadership means using power to influence the thoughts and actions of others in such a way that achieve high performance".
Berdasarkan definisi-definisi di atas, kepemimpinan memiliki beberapa implikasi. Antara lain:
Pertama: kepemimpinan berarti melibatkan orang atau pihak lain, yaitu para karyawan atau bawahan (followers). Para karyawan atau bawahan harus memiliki kemauan untuk menerima arahan dari pemimpin. Walaupun demikian, tanpa adanya karyawan atau bawahan, kepemimpinan tidak akan ada juga.
Kedua: seorang pemimpin yang efektif adalah seseorang yang dengan kekuasaannya (his or herpower) mampu menggugah pengikutnya untuk mencapai kinerja yang memuaskan. Menurut French dan Raven (1968), kekuasaan yang dimiliki oleh para pemimpin dapat bersumber dari:
Reward power, yang didasarkan atas persepsi bawahan
bahwa pemimpin mempunyai kemampuan dan sumberdaya untuk memberikan penghargaan
kepada bawahan yang mengikuti arahan-arahan pemimpinnya.
Coercive power, yang didasarkan atas persepsi bawahan
bahwa pemimpin mempunyai kemampuan memberikan hukuman bagi bawahan yang tidak
mengikuti arahan-arahan pemimpinnya
Legitimate power, yang didasarkan atas persepsi
bawahan bahwa pemimpin mempunyai hak untuk menggunakan pengaruh dan otoritas
yang dimilikinya.
Referent power, yang didasarkan atas identifikasi
(pengenalan) bawahan terhadap sosok pemimpin. Para pemimpin dapat menggunakan
pengaruhnya karena karakteristik pribadinya, reputasinya atau karismanya.
Expert power, yang didasarkan atas persepsi bawahan
bahwa pemimpin adalah seeorang yang memiliki kompetensi dan mempunyai keahlian
dalam bidangnya.
- Teori-teori Kepemimpinan Partipatif :
a. Teori X dan Teori Y dari Douglas MX
Gregor
Douglas McGregor menyatakan bahwa ada 2 pandangan
tentang manusia, yang pertama pada dasarnya negative-Teori X adalah orang yang
malas, yang harus dipaksa untuk bekerja, yang tidak mau dibebani tanggung
jawab, dan yang kedua pada dasarnya positif-Teori Y adalah orang yang suka
bekerja dan senang dapat tanggung jawab. McGregor berkesimpulan bahwa pandangan
seorang manajer tentang sifat manusia didasarkan atas pengelompokkan asumsi
tertentu dan bahwa manusia cenderung untuk menyesuaikan perilakunya terhadap bawahan
sesuai dengan asumsi-asumsi tersebut.
b. Teori System 4 dari Resis dan Likert
Gaya Kepemimpinan yang berlandaskan pada hubungan
antara manusia melalui hasil produksi dari sudut pandang manajemen yang
kemudian dikenal dengan Four Systems Theory. Empat Sistem Kepemimpinan menurut
Likert tersebut antara lain :
1. Sistem Otokratis
Eksploitif
Pada sistem Otokratis Eksploitif ini, pemimpin membuat
semua keputusan yang berhubungan dengan kerja dan memerintah para bawahan untuk
melaksanakannya. Standar dan metode pelaksanaan juga secara kaku ditetapkan
oleh pemimpin. Pemimpin tipe ini sangat otoriter, mempunyai kepercayaan yang
rendah terhadap bawahannya, memotivasi bawahan melalui ancaman atau hukuman.
Komunikasi yang dilakukan satu arah ke bawah (top-down).
Ciri-ciri sistem otokratis eksploitif ini antara lain:
a. Pimpinan menentukan keputusan
b. Pimpinan menentukan standar pekerjaan
c. Pimpinan menerapkan ancaman dan hukuman
d. Komunikasi top down
2. Sistem Otokratis
Paternalistic
Pada sistem ini, Pemimpin tetap menentukan
perintah-perintah, tetapi memberi bawahan kebebasan untuk memberikan komentar
terhadap perintah-perintah tersebut. Berbagai fleksibilitas untuk melaksanakan
tugas-tugas mereka dalam batas-batas dan prosedur-prosedur yang telah ditetapkan.
Pemimpin mempercayai bawahan sampai tingkat tertentu, memotivasi bawahan dengan
ancaman atau hukuman tetapi tidak selalu dan memperbolehkan komunikasi ke atas.
Pemimpin memperhatikan ide bawahan dan mendelegasikan wewenang, meskipun dalam
pengambilan keputusan masih melakukan pengawasan yang ketat.
Ciri-ciri dri sistem Otokratis Paternalistic atau
Otoriter Bijak, antara lain:
a. Pimpinan percaya pada bawahan
b. Motivasi dengan hadiah dan hukuman
c. Adanya komunikasi ke atas
d. Mendengarkan pendapat dan ide bawahan
e. Adanya delegasi wewenang
3. Sistem Konsultatif
Pada sistem ini, Pemimpin menetapkan tujuan-tujuan dan
memberikan perintah-perintah setelah hal-hal itu didiskusikan dahulu dengan
bawahan. Bawahan dapat membuat keputusan-keputusan mereka sendiri tentang cara
pelaksanaan tugas. Penghargaan lebih digunakan untuk memotivasi bawahan
daripada ancaman hukuman.
Pemimpin mempunyai kekuasaan terhadap bawahan yang
cukup besar. Pemimpin menggunakan balasan (insentif) untuk memotivasi bawahan
dan kadang-kadang menggunakan ancaman atau hukuman. Komunikasi dua arah dan
menerima keputusan spesifik yang dibuat oleh bawahan.
Ciri-ciri Sistem konsultatif antara lain:
a. Komunikasi dua arah
b. Pimpinan mempunyai kepercayaan pada bawahan
c. Pembuatan keputusan dan kebijakan yang luas pada
tingkat atas
4. Sistem Partisipatif
Sistem partisipatif adalah sistem yang paling ideal
menurut Likert tentang cara bagaimana organisasi seharusnya berjalan.
Tujuan-tujuan ditetapkan dan keputusan-keputusan kerja dibuat oleh kelompok.
Bila pemimpin secara formal yang membuat keputusan, mereka melakukan setelah
mempertimbangkan saran dan pendapat dari para anggota kelompok. Untuk
memotivasi bawahan, pemimpin tidak hanya mempergunakan penghargaan-penghargaan
ekonomis tetapi juga mencoba memberikan kepada bawahan perasaan yang dibutuhkan
dan penting. Pemimpin mempunyai kepercayaan sepenuhnya terhadap bawahan,
menggunakan insentif ekonomi untuk memotivasi bawahan. Komunikasi dua arah dan
menjadikan bawahan sebagai kelompok kerja.
Ciri-ciri Sistem Partisipatif antara lain:
a. Team work
b. Adanya keterbukaan dan kepercayaan pada bawahan
c. Komunikasi dua arah (top down and bottom up)
c. Theory of leadership pattern choice dari
Tennembaum dan Scmiat
Tujuh “pola kepemimpinan” yang diidentifikasi oleh
Tannenbaum dan Schmidt. Pola kepemimpinan ditandai dengan angka-angka di bagian
bawah diagram ini mirip dengan gaya kepemimpinan, tetapi definisi dari
masing-masing terkait dengan proses pengambilan keputusan.
Demokrasi (hubungan berorientasi) pola kepemimpinan
yang ditandai oleh penggunaan wewenang oleh bawahan.
Otoriter (tugas berorientasi) pola kepemimpinan yang
ditandai oleh penggunaan wewenang oleh pemimpin.
Perhatikan bahwa sebagai penggunaan kekuasaan oleh
bawahan meningkat (gaya demokratis) penggunaan wewenang oleh pemimpin berkurang
secara proporsional.
Kepemimpinan Pola 1: “Pemimpin izin bawahan berfungsi
dalam batas-batas yang ditentukan oleh superior.”
Contoh: Pemimpin memungkinkan anggota tim untuk
memutuskan kapan dan seberapa sering untuk bertemu.
Kepemimpinan Pola 2: “Pemimpin mendefinisikan
batas-batas, dan meminta kelompok untuk membuat keputusan.”
Contoh: Pemimpin mengatakan bahwa anggota tim harus
memenuhi setidaknya sekali seminggu, tetapi tim bisa memutuskan mana hari
adalah yang terbaik.
Kepemimpinan Pola 3: “Pemimpin menyajikan masalah,
mendapat kelompok menunjukkan, maka pemimpin membuat keputusan.”
Contoh: Pemimpin meminta tim untuk menyarankan
hari-hari baik untuk bertemu, maka pemimpin memutuskan hari apa tim akan
bertemu.
Kepemimpinan Pola 4: “Pemimpin tentatif menyajikan
keputusan untuk kelompok. Keputusan dapat berubah oleh kelompok.”
Contoh: Pemimpin kelompok bertanya apakah hari Rabu
akan menjadi hari yang baik untuk bertemu. Tim menyarankan hari-hari lain yang
mungkin lebih baik.
Kepemimpinan Pola 5: “Pemimpin menyajikan ide-ide dan
mengundang pertanyaan.”
Contoh: Pemimpin tim mengatakan bahwa ia sedang
mempertimbangkan membuat hari Rabu untuk pertemuan tim. Pemimpin kemudian
meminta kelompok jika mereka memiliki pertanyaan.
Kepemimpinan Pola 6: “Para pemimpin membuat keputusan
kemudian meyakinkan kelompok bahwa keputusan yang benar.”
Contoh: Pemimpin mengatakan kepada anggota tim bahwa
mereka akan bertemu pada hari Rabu. Pemimpin kemudian meyakinkan anggota tim
bahwa Rabu adalah hari-hari terbaik untuk bertemu.
Kepemimpinan Pola 7: “Para pemimpin membuat keputusan
dan mengumumkan ke grup.”
Contoh: Pemimpin memutuskan bahwa tim akan bertemu
pada hari Rabu apakah mereka suka atau tidak, dan mengatakan bahwa berita itu
kepada tim.
d. Modern Choice Approach to Participation : Teori
kepemimpinan model Vroom dan Yetton ini
merupakan salah satu teori kontingensi.
Teori kepemimpinan Vroom dan Yetton disebut juga teori Normatif, karena
mengarah kepada pemberian suatu rekomendasi tentana gaya kepemimpinan yang
sebaiknya digunakan dalam situasi tertentu. Vroom danYetton memberikan beberapa
gaya kepemimpinan yang layak untuk setiap situasi.
e. Contingency Theory of Leadership dari Fiedler :
Model kepemimpinan Fiedler (1967) disebut sebagai model kontingensi karena
model tersebut beranggapan bahwa kontribusi pemimpin terhadap efektifitas
kinerja kelompok tergantung pada cara atau gaya kepemimpinan (leadership style)
dan kesesuaian situasi (the favourableness of the situation) yang dihadapinya.
Favourableness Situasional, yaitu sejauh mana pemimpin
dapat mengendalikan dan mempengaruhi situasi tertentu, ditentukan oleh tiga
variabel situasi, yaitu :
1. Hubungan Pemimpin-Anggota
Hubungan pribadi pemimpin dengan anggota kelompoknya.
2. Tugas Struktur
Derajat struktur dari tugas yang diberikan pada
kelompok untuk dikerjakan. Ciri ini ditaksir melalui empat skala pengharkatan
yang dikembangkan oleh Shaw, yaitu skala tentang Goal Charity, Goal Path
Multiplicity, Decission Verifiability dan Decission specificity.
3. Kekuasaan Kedudukan
(Posisition Power)
Kekuasaan dan kewenangan yang berkaitan dalam
kedudukannya. Besar kecilnya variabel ini diukur dengan suatu Cheklist, yang
disusun.
f. Path Goal Theory : Teori ini dikembangkan oleh
Robert House. Inti teori ini adalah bahwa tugas pemimpin untuk memberikan
informasi, dukungan, atau sumber-sumber daya lain yang dibutuhkan kepada para
pengikut agar mereka bisa mencapai berbagai tujuan mereka. Istilah jalan tujuan
berasal dari keyakinan bahwa para pemimpin yang efektif semestinya bisa
menunjukan jalan guna membantu pengikut-pengikut mereka mendapatkan hal-hal
yang mereka butuhkan demi pencapaian tujuan kerja dan mempermudah perjalanan
serta menghilangkan berbagai rintangan.
4) Motivasi
Definisi Motivasi :
Motivasi merupakan suatu kumpulan proses psikologis yang memiliki kekuatan di
dalam diri seseorang yang menyebabkan pergerakan, arahan, usaha dan kegigihan
dalam menghadapi rintangan untuk mencapai suatu tujuan.
Teori Drive Reinforcement :
Teori Reinforcement berhubungan dengan teori belajar operant conditioning
dari Skinner. Teori ini mempunyai dua aturan pokok : Aturan pokok yang
berhubungan dengan pemerolehan jawaban-jawaban yang benar. Aturan pokok lainnya
berhubungan dengan penghilangan jawaban-jawaban yang salah.
Pemerolehan dari satu perilaku menuntut adanya satu
pengukuhan sebelumnya. Pengukuhan dapat terjadi positif (pemberian ganjaran
untuk satu jawaban yang diinginkan) atau negatif (menghilangkan satu rangsang
aversif jika jawaban yang diinginkan telah diberikan), tetapi organisme harus
membuat kaitannya antara aksi atau tindakannya dengan akibat-akibatnya.
Teori Harapan (Expectancy) :
Teori harapan ini dikemukakan oleh Victor Vroom yang mendasarkan teorinya pada
tiga konsep penting, yaitu:
- Harapan (expectancy) adalah suatu kesempatan yang diberikan terjadi karena perilaku.
- Nilai (valence) adalah akibat dari perilaku tertentu yang mempunyai nilai atau martabat tertentu (daya atau nilai memotivasi) bagi setiap individu tertentu.
- Pertautan (instrumentality) adalah persepsi dari individu bahwa hasil dari tingkat pertama akan dihubungkan dengan hasil tingkat kedua.
Teori Hierarki Maslow : Teori Maslow Hierarki
kebutuhan Maslow mengikuti teori jamak yaitu seseorang berperilaku atau bekerja,
karena adanya dorongan untuk memenuhi bermacam-macam kebutuhan. Maslow
berpendapat, kebutuhan yang di inginkan manusia berjenjang. Maslow mengemukakan
lima tingkat kebutuhan, sebagai berikut:
1. Kebutuhan fisiologis
Kebutuhan yang harus dipuaskan untuk dapat tetap
hidup, termasuk makanan, perumahan, pakaian,
udara untuk bernafas, dan
sebagainya.
2. Kebutuhan keselamatan dan keamanan
Kebutuhan akan keselamatan dan keamanan adalah
kebutuhan akan kebebasan dari ancaman yakni
merasa aman dari ancaman kecelakaan
dan keselamatan dalam melaksanakan pekerjaan.
3. Kebutuhan sosial
Kebutuhan sosial adalah kebutuhan teman, interaksi,
dicintai, dan mencintai, serta diterima dalam
pergaulan kelompok pekerja dan
masyarakat lingkungannya.
4. Kebutuhan akan penghargaan
Kebutuhan akan penghargaan adalah kebutuhan akan
pengakuan dan penghargaan diri dari karyawan
dan masyarakat lingkungannya.
5. Aktualisasi diri
Aktualisasi diri adalah kebutuhan akan aktualisasi
diri dengan menggunakan kemampuan, keterampilan,
dan potensi optimal untuk
mencapai prestasi kerja yang sangat memuaskan atau luar biasa.
Kebutuhan yang
relevan dengan Perilaku dalam Organisasi : Perilaku individu
dalam organisasi adalah bentuk interaksi antara karakteristik individu dengan
karakteristik organisasi. Setiap individu dalam organisasi, semuanya akan
berperilaku berbeda satu sama lain, dan perilakunya adalah ditentukan oleh
masing-masing lingkungannya yang memang berbeda. Individu membawa ke dalam
tatanan organisasi kemampuan, kepercayaan pribadi, pengharapan kebutuhan dan
pengalaman masa lalunya. Karakteristik yang dipunyai individu ini akan
dibawanya manakala memasuki lingkungan baru yaitu oraganisasi atau yang
lainnya. Organisasi juga merupakan suatu lingkungan yang mempunyai karakteristik
seperti keteraturan yang diwujudkan dalam susunan hirarki, pekerjaan, tugas,
wewenang, tanggung jawab, sistem penggajian, sistem pengendalian, dan
sebagainya.
Perilaku individu
juga dapat dipahami dengan mempelajari karakteristik individu. Nimran dalam
Sopiah (2008) menjelaskan karakteristik yang melekat pada individu terdiri dari
ciri-ciri biografis, kepribadian, persepsi dan sikap.
REFERENSI :
Munandar, A.S. 2001. Psikologi Industri dan
Organisasi. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia
Cholisin, M. Si dkk. 2006. Dasar-dasarIlmuPolitik. Yogyakarta
: FISE UNY
Nasikun. (1993). Sistem Sosial Indonesia,
Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
Sarwono, sarlito W. (2005). Psikologi social (psikologi
kelompok dan psikologi terapan). Jakarta : Balai Pustaka
Munandar, A.S. 2001. Psikologi Industri dan
Organisasi. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia
Bass, B.M. and Avolio, B.J., 1994, Improving
Organizational Effectiveness through Transformational Leadership, Sage,
Thousand Oaks.
Bass, B.M., 1960, Leadership, Psychology and Organizational Behavior, Harper and Brothers, New York.
Bennis, W.G. and Nanus, B., 1985, Leaders: The Strategies for Taking Charge, Harper and Row, New York.
Bryman, A., 1992, Charisma and Leadership in Organizations, Sage, London.
Burns, J.M., 1978, Leadership, Harper and Row, New York.
Fiedler, F.E., 1967, A Theory of Leadership Effectiveness, McGraw-Hill, New York.
French, J. and Raven, B., 1967, 'The basis of social power', in D. Cartwright and A. Zander (eds.), Group
Bass, B.M., 1960, Leadership, Psychology and Organizational Behavior, Harper and Brothers, New York.
Bennis, W.G. and Nanus, B., 1985, Leaders: The Strategies for Taking Charge, Harper and Row, New York.
Bryman, A., 1992, Charisma and Leadership in Organizations, Sage, London.
Burns, J.M., 1978, Leadership, Harper and Row, New York.
Fiedler, F.E., 1967, A Theory of Leadership Effectiveness, McGraw-Hill, New York.
French, J. and Raven, B., 1967, 'The basis of social power', in D. Cartwright and A. Zander (eds.), Group
# Bagaimana Cara anda jika sudah sukses memenege diri anda dalam Psikologi Manejemen ?
Cita-cita saya jika sukses adalah ingin menjadi Psikolog kemudian saya juga akan membuka Peluang Kerja untuk orang lain ingin membuka restoran / tempat makan. setelah itu cita-cita saya yang sangat inginkan adalah ingin mendirikan rumah singgah untuk anak-anak jalanan, melakukan pemberdayaan terhadap mereka, lalu membuat yayasan yatim piatu, panti jompo dll agar dapat membantu mereka yang kurang beruntung. dari situ saya akan mencoba mengatur / memenage diri saya sendiri agar lebih baik lagi dalam mengatur kegiatan saya, mengatur emosi jiwa yang ada pada saya terutama dan untuk orang lain.